Sabtu, 28 Januari 2017

BANGSA ARAB PRA ISLAM

SEJARAH BANGSA ARAB SEBELUM DATANGYA AGAMA ISLAM A. PENDAHULUAN Haruslah kita ketahui walaupun agak sedikit keadaan bangsa Arab sebelum datang agama Islam, karena bangsa Arablah bangsa yang mula-mula menerima agama Islam. Sebelum datang agama Islam, mereka telah mempunyai berbagai macam agama, adat istiadat, akhlak dan peraturan-peraturan hidup. Agama baru ini pun datang membawa akhlak, hukum-hukum dan peraturan-peraturan hidup. Jadinya agama baru ini datang kepada bangsa yang bukan bangsa baru. Maka bertemulah agama Islam dengan agama-agama jahiliah, peraturan-peraturan Islam dengan peraturan-peraturan bangsa Arab sebelum Islam. Kemudian terjadilah pertarungan yang banyak memakan waktu. Pertarungan-pertarungan ini baru dapat kita dalami, kalau pada kita telah ada pengetahuan dan pengalaman sekedarnya, tentang kehidupan bangsa Arab, sebelum datangnya agama Islam. Cara semacam ini perlu juga kita pakai, bilamana kita hendak memperkatakan masuknya agama Islam ke Indonesia, Mesir atau Siria. Kita harus mengetahui sekedarnya keadaan negeri-negeri ini sebelum datangnya agama Islam, karena pengetahuan kita tentanghal itu akan menolong kita untuk mengenal dengan jelas, betapa caranya masing-masing negeri ini menyambut kedatangan agama Islam. Bagsa Arab seperti yang akan kita terangkan nanti, terbagi atas dua bahagian, yaitu: penduduk gurun pasir dan penduduk negeri. Sejarah bangsa Arab penduduk gurun pasir hampir tidak dikenal orang. Yang dapat kita ketahui dari sejarah mereka hanyalh yang dimulai dari kira-kira lima puluh tahun sebelum Islam. Adapun yang sebelum itu tidaklah dapat diketahui. Yang demikian disebabkan karena bangsa Arab penduduk padang pasiritu terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang selalu berperang-perangan. Peperangan-peperangan itu pada asal mulanya ditimbulkan oleh keinginan memelihara hidup, karena hanya siapa yang kuat sajalah yang berhak memiliki tempat-tempat yang berair dan padang-padang rumput tempat menggembalakan binatang ternak. Adapun si lemah, dia hanya berhak mati atau jadi budak. Peperangan-peperangan itu menghabiskan waktu dan tenaga; karena itu mereka tidak mempunyai waktu dan kesempatan lagi untuk memikirkan kebudayaan. Dan bilamana di antara mereka dapat bekerja, mencipta dan menegakkan suatu kebudayaan, datanglah orang lain memerangi dan meruntuhkannya. Dan lagi, mereka buta huruf. Oleh karena itu sejarah dan kehidupan mereka tiadalah dituliskan. Jadi, tidak ada bengunan-bangunan yang dapat melukiskan sejarah mereka; dan tidak ada pula tulisan-tulisan yang dapat menjelaskan sejarah itu. Adapun yang sampai kepada kita tentang orang-orang jaman dahulu itu, adalah yang diceritakan oleh kitab-kitab suci. Sejarah mereka, muali dari masa seratus lima puluh tahun sebelum Islam, dapat kita ketahui dengan perantaraan syair-syair atau cerita-cerita yang diterima dari perawi-perawi. Adapun sejarah bangsa Arab penduduk negeri, Adalah lebih jelas. Negeri-negeri mereka ialah: Jazirah Arab bahagian selatan, kerajaan Hirah dan Ghassan, dan beberapa kota ditanah Hejaz. B. ILMU BUMI JAZIRAH ARAB Jazirarah dalam bahasa Arab berarti pulau, jadi "Jazirah Arab" berarti "Pulau Arab". Oleh bangsa Arab tanah air mereka disebut jazirah, kendati pun hanya dari tiga dari tiga jurusan saja dibatasi oleh laut. Yang demikian itu adalah secara majas (tidak sebenarnya). Sebagian ahli sejarah menamai tanah Arab itu "Shibhul jazirah" yang dalam bahasa Indonesia berarti "Semenanjung". Kalau diperhatikan kelihatanlah bahwa Jazirah Arab itu berbentuk empat persegi panjang, yang sisi-sisinya tiada sejajar. Di sebelah barat berbatasan dengan Laut Merah, disebelah selatan dengan Lautan Hindia, di sebelah timur dengan Teluk Arab (dahulu namanya Teluk Persia) dan di sebelah utara dengan Gurun Irak dan Gurun Syam (Gurun Siria). Panjangnya 1000 Km lebih, dan lebarnya kira-kira 1000 Km. Bila salah seorang dari warganya, atau dari pengikut-pengikutnya dianiaya orang atau dilanggar haknya, maka menjadi kewajiban atas kabilah atau suku itu menuntut bela. Oleh karena itu, maka acap kalilah terjadi peperangan-peperangan antara suku dengan suku yang lain. Peperangan-peperangan ini kadang-kadang berterusan sampai beberapa turunan (Ajjamul Arab fil Djahiliah oleh al ustadz Djada’l Maula cs). Untuk memuliakan dan menghormati Ka’bah yang didatangi oleh bangsa Arab dari segenap penjuru guna mengerjakan haji dan umrah, maka dilaranglah berperang atau melancarkan penyerangan-penyerangan pada beberapa bulan dalam setahun, yaitu pada bulan Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram (pada bulan-bulan tersebut mereka mengerjakan haji) dan Rajab (dibulan ini mereka mengerjakan umrah). Akan tetapi kadang-kadang amat berat oleh penduduk padang pasir menghentikan peperangandalam masa tigabulan berturut-turut, oleh karena itu kadang-kadang bulan Muharram itu mereka tukar dengan Safar, maka mereka bolehkanlah berperang dibulan Muharram dan mereka larang dibulan Safar; tindakan ini mereka namai "an nasi" (pengunduran). Orang Arab penduduk padang pasir pemberani-pemberani. Berani berarti suatu sifat yang amat menonjol pada mereka. Keberanian ini ditimbulkan oleh keadaan mereka yang sebagai dituturkan oleh Ibnu Khaldun (Al Muqaddimah, 125). "Mereka selamanya harus membawa senjata. Dan sering sendirian di pesawangan atau di padang pasir. Tak ada yang akan melindungi di waktu itu, hanyalah keberanian mereka sendiri". Oleh karena penghidupan di padang pasir serba sulit, tidak sebagai di negeri-negeri, maka bangsa Arab penduduk padang pasir selalu menggangu dan menyerang penduduk negeri. Sebab itu penduduk padang pasir dipandang sebagai orang-orang biadab yang tidak dapat ditaklukkan atau dikuasai oleh penduduk negeri (Al Muqaddimah: 121). Sifat-sifat padang pasir dan penduduknya sebagai disebutkan diatas, menyebabkan keadaan bagian tengah - yakni bagian dalam dari Jazirah Arab itu – tidak dikenal oleh kaum pelancong dan penulis-penulis. Diwaktu agama Islam datang dan telah tersiar di segenap penjuru Jazirah Arab, mulailah penduduk padang pasir berdatangan ke kota-kota; maka diceritakan merekalah peri-kehidupan di padang pasir itu. Ciri-ciri padang pasir sebagai disebutkan di atas, menyebabkan penduduk padang pasir itu terhindar dari penjajahan. Bangsa Badui telah pernah memegang peranan penting dalam melancarkan perniagaan dunia, yaitu sebelum Terusan Suez digali. Laut Merah di waktu itu belum dipakai untuk pelayaran, karena banyak berpulau-pulau. Maka kaum Badui penduduk gurun itulah yang bekerja memperhubungkan perniagaan antara benua Asia dan benua Eropa dengan melalui Jazirah Arab. Lin-lin perniagaan telah mereka atur dengan rapih dan seksama. Sistem pemerintahan pada bangsa Badui itu ialah sistem bersuku-suku. Msing-masing suku memilih seorang kepala yang akan mereka ikuti. Yang dipilih menjadi kepala suatu suku ialah orang yang mempunyai sifat-sifat yang amat dimuliakan oleh bangsa Arab, yaitu: pemberani, pemurah, dan penyantun. Akan tetapi kepala itu tidaklah selamanya ditaati mereka, karena telah menjadi sifat juga bagi kaum Bdui, suka bebasdan merdeka dalam arti kata yang luas. Seorang Badui acapkali memberontak terhadap suatu keputusan yang dikeluarkan oleh seorang kepala terhadpanya. Maka ditinggalkannyalah kabilahnya, lalu melarikan diri, agar dia tetap dalam kemerdekaannya. Dalam keadaan yang semacam itu, kabilahnya tidaklah kuasa berbuat sesuatu untuk menundukannya. C. NEGERI-NEGERI 1. YAMAN Negeri Yaman adalah temapt tumbuh kebudayaan yang paling penting yang pernah tumbuh di Jazirah Arab sebelum Agama Islam datang. Perkataan Yaman berasal dari kata "Yumn" yang berarti "berkata" (Yaqut : Mujamul Buldan pada kata "Yaman". Lihat Pula Encij of Islam artikel "Yaman") Dinamai demikian, karena di negeri ini banyak berkat dan kebaikan. Negeri Yaman Makmur karena tanahnya subur. Hujan pun banyak turun di sana. Anak negerinya membuat waduk-waduk dan bendungan-bendungan air. Anak negerinya membuat waduk-waduk dan bendungan-bendungan air, agar dengan adanya waduk-waduk dan bendungan-bendungan air itu, air hujan dapat dipergunakan denganbaik ; dan juga kota-kota dan kampung-kampung serta tanaman mereka tiada dilanda air bah di musim hujan. Penduduk Yaman pun pernah memegang peranan besar dalam melancarkan perniagaan antara Timur dan Barat. Sebaliknya, faktor-faktor yang disebutkan itu pulalah yang menyebabkan nasab mereka tidak murni lagi; bahasa mereka menjadi rusak, karena banyaknya kaum-kaum saudagar dari India, Sumatra, Tiongkok, Mesir dan Siria berdatangan ke negeri mereka tiada luput dari penjajahan, yang dilancarkan oleh negara-negara tetangga yang lebih kuat dan yang mempunyai ambisi untuk menjajah. Karena adanya kestabilan dan kehidupan yang makmur, maka telah pernah lahir di Yaman raja-raja yang mempunyai mahkota dan istana yang besar-besar. Bila lahir seorang raja yang kuat, tunduklah seluruh negeri Yaman kepadanya. Ia dipatuhi oleh raja-raja kecil dan oleh kepala-kepala daerah diseluruh daerah Yaman, bahkan Hadramaut pun tunduk kepadanya. Akan tetapi di masa lemahnya, negeri Yaman terbagi atas daerah-daerah yang acapkali berperang-perangan dan bermusuh-musuhan. Diantara kerajaan-kerajaan penting yang telah pernah berdiri di Yaman ialah :Kerajaan Ma’in,Qutban, Saba’ dan Himyar. Kerajaan Ma’in berdiri kira-kira tahun 1200 sebelum Masehi, dan Kerajaan Qutban berdiri kira-kira tahun 1000 sebelum Masehi. Kerajaan Qutban inilah yang jadi pengawa Selat Bab el Mandeb. Akan tetapi hal-hal yang mengenai kerajaan ini amat sedikit yang dikenal. Akhirnya kedua-duanya roboh, dan diatas puing kerobohannya berdirilah kerajaan Saba’. 2. KERAJAAN SABA’ Kerajaan Saba’ mulai berdiri tahun 950 S.M. mula berdirinya merupakan satu kerajaan kecil saja; kemudian bertambah besar dan luas, sementara itu kerajaan Ma’in dan Qutban semakin kecil dan lemah, akhirnya roboh dan dipusakai oleh kerajaan Saba’; sebagaimana Handruamaut pun digabungkan kepada Kerajaan Saba’ ini. Kerajaan Saba’ berdiri tahun 115 S.M. Kemashuran Kerajaan Saba’ , disebabkan dua hal yaitu : 1. Ratunya yang terkenal bernama Ratu Bulqis. Ceritera tentang Ratu Bulqis ini Nabi Sulaiman dan burung hud hud tersebut tersebut di dalam al Quran (surat An Naml 20-44, dan lihat pula at Thabari I:345 – 350). 2. Bendungan Ma’Rib, yaitu satu bendungan yang terkenal dalam sejarah. Bendungan ini dibangun oleh arsitek-arsitek Yaman yang ahli dalam ilmu bangunan. Bendungan ini merupakan sebuah dam raksasa yang dapat membendung air di antara dua buah gunung. Air itu dapat dipergunakan di waktu-waktu perlu. Dengan adanya bendungan ini maka kampung-kampung, kebun-kebun dan tanam-tanaman yang berada di tanah-tanah rendah dapat dipelihara dari bahaya banjir yang kerapkali terjadi di musim-musim hujan. Dam raksasa semacam ini tentu saja harus diawai, dipelihara dan diperbaiki. Akan tetapi karena kerajaan Saba’ ini mengalami kelemahan pada saatnya yang akhir, maka tiadalah mereka mampu lagi memelihara dan memperbaikinya. Akhirnya dam raksasa ini jadi rusak dan tidak dapat lagi melawan air bah, terutama air bah yang disebut "Sailul Arim" yang diceritakan oleh Tuhan di dalam al Quran (surat Saba ayat 16). Sailul Arim ini menebabkan kehidupan di Yaman mengalami perubahan besar. Penduduk Yaman terpaksa mengungsi akegian utara Jazirah Arab, karena air bah yang besar itu telah melanda dan menenggelamkan negeri mereka. Inilah yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Saba’ dan bangunya Kerajaan Himyar. 3. KERAJAAN HIMYAR Kerajaan Himyar berdiri semenjak Kerajaan Saba’ mulai lemah. Kelemahan kerajaan Saba’ memberi kesempatan bagi kerajaan Himyar untuk tumbuh dan berkembang dengan pesat hingga akhirnya Kerajaan Himyar dapat mempusakai Kerajaan Saba’. Kekuasaan mereka pun telah menjadi besar. Diceritakan bahwa balatentara mereka telah menjelajah sampai ke Irak dan Bahrain. Akan tetapi, kerajaan ini akhirnya mengalami kelemahannya pula. Mereka alpa memperbaiki dan mengawasi bendungan-bendungan dan dam-dam air itu. Oleh karena itu bendungan-bendungan dan dam-dam air dirobohkan pula oleh air bah dan banjir. Bendungan Ma’rib tak dapat dipertahankan lagi. Dam raksasa itu rubuh. Kerubuhan bendungan Ma’rib mengakibatkan segian dari bumi mereka tidak mendapat air yang diperlukannya lagi, sementara sebagian yang lain karam di dalam banjir. Malapetaka ini menyebabkan mereka berduyun-duyun mengungsi ke bagian utara Jazirah Arab. Oleh sebab itu, Yaman menjadi lemah. Dan kelemahannya itu membukakan jalan bagi kerajaan-kerajaan Persia dan Romawi untuk campur tangan dalam urusan dalam negeri Yaman dengan maksud hendak memiliki negeri yang subur dan makmur itu. Kerajaan Saba’ dan Himyar banyak meninggalkan bekas-bekas dan peninggalan-peninggalan yang dapat menggambarkan kebesaran dan kemajuan yang telah dicapai oleh kerajaan-kerajaan itu di zaman dahulu. Kerajaan-kerajaan ini juga pernah mempunyai armada yang besar untuk membawa barang-barang perniagaan dari India, Tiongkok,Somalia danm Sumatera ke pelabuhan-pelabuhan Yaman. Perniagaan pada Lin ini boleh dikatakan dimonopoli oleh mereka. Dari Yaman barang-barang perniagaan ini dibawa ke utara oleh kafilah-kafilah yang juga dikuasai oleh Yaman, yaitu sebelum pusat kafilah-kafilah ini berpindah ke Makkah sebagai yang akan diterangkan nanti. 4. YAMAN TERJAJAH Telah kita bayangkan di atas, bahwa kesuburan dan kemakmuran negeri Yaman, mnyebabkan dua kerajaan imperialis besar di waktu itu, yaitu Kerajaan Persia dan Romawi, berlomba-lomba untuk menguasainya. Ada lagi sebab yang langsung yang mengakibatkan negeri Yaman menjadi mangsa negara Imperialis, yaitu peergolakan agama yang terjadi di negeri itu. Seorang raja Yaman, yaitu Zu Nuas, menganut agama Yahudi. Tindakannya itu diikuti oleh sementara kaumnya. Di Najran yaitu bagian utara Yaman tersiar agama Masehi. Zu Nuas merasa khawatir kalau-kalau pengaruh Kerajaan Romawi dan Habsyl akan menjalar ke Yaman dengan perantaraan agama Masehi, apabila negeri Yaman di waktu itu (abad ke V Masehi) sedang mengalami masa kelemahannya. Maka Zu Nuas memerintahkan kepada penduduk Najran supaya memilih antara dua, yaitu menganut agama Yahudi atau dibunuh mati. Penduduk Najran bertekad biar dibunuh mati dari pada menukar agama mereka dengan agama Yahudi. Maka diperintahkanlah oleh Zus Nuas menggali sebuah parit. Penduduk Najran dibunuh dan dibakar oleh Zu Nuas didalam parit itu. Ada seorang dari mereka yang dapat melarikan diri. Orang ini pergi ke negeri Habsyl (Ettipia). Kepada Negus yang juga menganut agama Masehi, dimintanya supaya menuntutkan bela kaum Masehi, yang dibunuh dan dibakar hidup-hidup oleh Zu Nuas. Untuk ini, Kerajaan Habsyl bekerja sama dengan Kerajaan Romawi. Kerajaan Romawi menyediakan kapal-kapal yang diperlukan dan Kerajaan Habsyl menyediakan bala tentara. Kemudian mereka menyerang negeri Yaman. Penyerangan-penyerangan menang,dan Zu Nuas menderita kekalahan. Kemudian dipacunya kudanya ke laut dan karamlah dia di dalam laut itu. Dengan demikian jatuhlah negeri Yaman ke bawah kekuasaan Habsyl. Panglima balatentara Habsyl bernama Aryath, dan pembantunya bernama Abrahah. Aryathdibunuhnya dan dengan demikian berpindahlah kekuasaan ke tangan Abrahah. Sesudah Abrahah meninggal kekuasaan dipegang oleh anaknya yang bernama Yaksum, kemudian oleh Masruq. Kerajaan Persia tiadalah bersenang hati melihatkan negeri Yaman dijajah oleh bangsa Habsyl dan Romawi itu. Akhirnya datanglah kesempatan baginya untuk campur tangan. Yaitu dikala salah seorang dari keturunan raja-raja Himyar namanya Saif bin ibnu Zi Yazin lari ke Persia, untuk meminta pertolongan mengeluarkan bangsa Habsyl dari Yaman. Permintaan itu diperkenankan oleh Kisra (raja) Persia. Dikiriminya balatentara ke Yaman. Balatentara Persia ini berhasil melepaskan Yaman dari penjajahan bangsa Habsyl. Kemudian kedudukan bangsa Habsyl di Yaman digantikan oleh bangsa Persia. Mereka mengambil alih kekuasaan bangsa Habsyl, sesudah Saif ibnu Yasin mati terbunuh, dan mereka kuasailah sepenuhnya negeri Yaman itu. Kisra mengangkat seorang Gubernur untuk memerintah di Yaman atas namanya. Di kala Muhammad SAW diutus menjadi Rasul, Gubernur di Yaman ialah Bazan. Dia hanya berpengaruh atas Yaman saja. Banyak daerah-daerah yang lain di Yaman tiada dipengaruhinya, hanya tetap mempunyai raja-raja atau kepala-kepala dari bangsa Arab.Nabi Muhammad menyeru Bazan untuk menganut agama Islam, maka dianutnyalah agama ini. 5. KERAJAAN HIRAH DAN GHASSAN Ada beberapa suku bangsa Arab menetap di bagian Utara Jazirah Arab. Suku-suku bangsa ini kerapkali menggangu kerajaan Persiadan Romawi.Kerapkali serangan-serangan liar mereka lakukan, untuk merampas apa yang dapat mereka rampas. Kemudian rampasan itu mereka larikan kepedalaman Jazirah Arab. Tentara Persia, begitu juga tentara Romawi, tentu daja tidak sanggup mengjar mereka, terutama karena jalan ke pedalaman amat sukar, dan sir sukar dijumpai. Karena itu oleh Kerajaan Persia dan Kerajaan Romawi diusahakan suatu hajiz (dinding) yang akan melindungi negeri Persia dan romawi dari serangan-serangan itu. Untuk keperluan ini oleh mereka dikumpulkan beberapa suku bangsa Arab yang tela mereka kenal, yang dahulunya berpindah dari negeri Yaman, lalu mereka tempatkan di bagian utara Jazirah Arab, yakni disebelah selatan negara Persia dan Romawi. Kabilah-kabilah ini oleh mereka diperlengkapi dengan senjata dan diberi uang. Kabilah-kabilah ini mengenal dengan baik seluk-beluk dan simpang siur jalan-jalan serta seluruh liku-liku Jazirah Arab. Mereka sanggup pula menghambat serangan-serangan dari suku-suku bangsa Arab tersebut. Dengan demikian berdirilah Kerajaan Manadzirah di bawah perlindungan Kerajaan Persia, yang bertugas melindungi Kerajaan Persia itu. Di samping itu berdiri pula Kerajaan Ghassanah di bawah perlindungan Kerajaan Romawi yang bertugas melindungi Kerajaan Romawi. 6. KERAJAAN HIRAH (MANADZIRAH) Sejarah Keamiran Hirah ini mulai semenjak abad ketiga Masehi, dan terus berdiri sampai lahirnya agama Islam. Kerajaan ini telah berjasa juga terhadap kebudayaan Arab, karena warga negaranya banyak mengadakan perjalanan-perjalanan di seluruh Jazirah Arab terutama untuk berniaga, dalam pada itu mereka juga menyiarkan kepandaian menulis dan membaca. Karena itu mereka dapat dianggap sebagai penyiar ilmu pengetahuan di Jazirah Arab. Di antara raja-rajanya terkenal ialah: Umru ul Qais, Nu’man ibnu Umru ul Qais (yang mendirikan istana Khawarnaq dan istana Sadir di permulaan abad kelima Masehi), Mundzir ibnu Ma’is Sama’, Amr ibnu Hind (dikenal juga dengan nama "Amr ibnul Mundzir ibnu Ma’is Sama" yang bernama Hind (hindun) itu ialah ibunya) dan Mundzir ibnu Nu’man ibnul Mundzir. Mundzir ibnu Nu’man ibnul Mundzir inilah rajanya yang terakhir. Di masa pemerintahan raja inilah Khalid ibnul Walid memerangi Hirah, dan akhirnya negeri Hirah menggabungkan diri ke dalam pemerintahan Islam. 7. KERAJAAN GHASSAN (SHASASINAH) Nama Ghasasinah itu terambil dari nama mata air di Syam yang tersebut Ghassan. Kaum Ghasasinah memerintah di bagian selatan dari negeri Syam dan di bagian utara dari Jazirah Arab. Mereka telah mempunyai kebudayaan yang tinggi juga, dan menganut agama Masehi yang diterimanya dari bangsa Romawi dan merekalah yang memasukkan agama Masehi itu ke Jazirah Arab. Diantara raja-rajanya yang masyhur ialah: Jafnah ibnu ‘Amr, Arkam ibnu Tsa’labah, dan Jabalah ibnu Aiham. Jabalah ibnul Aiham inilah rajanya yang terakhir. Di masa pemerintahan Jabalah inilah terjadinya pertempuran Yarmuk dan masuknya agama Islam ke daerah ini. Menurut cerita, Jabalah ini telah memeluk agama Islam, akan tetapi kemudian dia murtad dan lari ke negeri Romawi dalam suatu peristiwa masyhur yang terjadi di masa pemerintahan Umar Ibnul Khattab. Antara Kerajaan Mandzirah dengan kerajaan Ghasasinah itu selalu terjadi pergolakan, terutama disebabkan perselisihan tentang kapal batas, Kerajaan Manadzirah menjalankan politik yang dijalankan oleh kerajaan Persia, sebagaimana kerajaan Ghasasinah menjalankan politik yang dijalankan oleh kerajaan Romawi. Oleh karena kerajaan Persia dengan kerajaan Romawi itu bermusuhan, maka manakala terjadi peperangan antara kerajaan Persia dan kerajaan Romawi, tentu saja kerajaan Manadzirah berdiri di samping kerajaan Romawi. Oleh karena raja-raja kerajaan Hirah dan Ghassan itu adalah dari keturunan Yaman, maka dalam bidang kebudayaan dan cara hidup, mereka menjaga corak dan tradisi Yaman. Sebagai contoh dapat dikemukakan dua buah istana besar yang terdiri oleh raja Hirah, dengan mencontih istana-istana Yaman, yaitu yang terkenal dalam sejarah dengan nama "AlKhawarnaq", dan "As Sadir", yang telah disebutkan di atas. Jasa kerajaa-kerajaan ini yang terpenting ialah: mereka telah memegang peranan dalam menyiarkan pelbagai macam kebudayaan Persia dan Romawi ke Jazirah Arab. Mereka adalah laksana jembatan yang dilalui oleh iring-iringan kebudayaan dari negeri Persia dan Romawi dalam perjalannya menuju Jazirah Arab. Diantara jenis-jenis kebudayaan itu ialah: agama, ilmu pengetahuan umum, tulis baca, ilmu pengetahuan ketentaraan dan lain-lain. 8. H E J A Z Hejas – berbeda dengan negeri-negeri Arab yang lain – telah dapat menjaga kemerdekaannya. Tidak pernah negeri Hejaz dijajah, diduduki, atau dipengaruhi oleh negara-negara asing. Hal itu boleh jadi disebabkan oleh letak dan kemiskinan negerinya, sehingga tiada menimbulkan keinginan pada negara-negara lain untuk menjajahnnya. Boleh jadi juga, disebabkan karena Hejaz itu sejak zaman Ibrahim telah menjadi Ka’bah bagi bangsa Arab. Mereka bekerja bersama-sama memelihara, menjaga kemerdekaan negeri itu, dan menjauhkan penjajah-penjajah dari padanya. Dahulu telah kita sebutkan bahwa sejarah Hejaz dapat di kenal negeri ini amat erat hubungannya dengan agama-agama dan kitab-kitab suci. Oleh karena itu, dalam mengikuti pertumbuhan kehidupan di Hejaz ini, di samping berpegang kepada buku-buku sejarah, kita juga akan mengambil bahan-bahan dari al Quran dan Hadis-Hadis Nabi. 9. MAKKAH, KOTA SUCI Ada suatu cerita yang indah diriwayatkan oleh Bukhari berkenaan dengan telaga Zamzam. Di bawah ini kita cantumkan ringkasannya sebagai berikut : “ Ibrahim datang membawa anaknya yang masih bayi, yaitu Ismail, serta ibunya. Mereka keduanya ditempatkan pada suatu tempat didekat telaga Zamzam yang sekarang. Untuk jadi bekal bagi kedua orang itu ditinggalkan oleh Ibrahim sebuah karung kecil berisi buah korma, dan sebuah kendi berisi air, dan diapun berangkatlah hendak kembali. Maka berserulah ibu Ismail "Hendak ke mana engkau, hai Ibrahim? Akan engkau tinggalkalah kami berdua di lembah ini?" Karena Ibrahim tidak menoleh, maka ibu Ismail bertanya lagi: "Apakah Tuhan yang menyuruhmu berbuat begini !" "Betul !" jawab Ibrahim. "Kalau begitu tentu Dia tidak akan menyia-nyiakan kami ?" ujar ibu Ismail lagi. Setelah beberapa hari berselang, habislah makanan dan air yang ditinggalkan Nabi Ibrahim. Akhirnya air susu ibu Ismail menjadi kering. Ibu Ismail lalu berlari-lari kecil antara bukit Safa dan bukit Marwa, untuk melihat kalau-kalau ada orang yang dapat memberi mereka makanan dan minuman. Tujuh kali dia berlari-lari kecil itu. Untuk memperingati peristiwa ibu Ismail ini maka orang yang mengerjakan ibadah haji berlari-lari anjing tujuh kali antara dua bukit itu. Pada kali yang ketujuh kelihatan oleh ibu Ismail malaikat menjelma sebagai burung yang sedang mematuk-matuk tanah dengan paruhnya. Maka keluarlah air di tempat itu. Menurut riwayat lain air memancar di dekat kaki Ismail, waktu tempat itu dihantam-hantaminya dengan kakinya ketika ia menangis. Itulah dia telaga Zam-zam, suatu telaga yang menjadi sebab utama bagi kemakmuran tempat ini. Sebagai diketahui air di padang pasir adalah sumber hidup. Di mana ada air disana ada hidup dan disana ada kemakmuran. Apalagi timbulnya air dengan cara yang disebutkan, menyebabkan tempat ini mendapat semacam kesucian dalam pandangan bangsa Arab. Mereka berdatangan ke tempat itu untuk menyaksikan anak kecil yang dibawah telapak kakinya memancar mata air. Mereka coba meminum air yang memancar sebagai menghormati bayi yang masih menyusui itu. Tidak jauh dari tempat itu terletak kota Makkah. Kota ini terletak kira-kira di tengah-tengah Jazirah Arab. Letaknya yang baik ini, menyebabkannya menjadi tempat perhentian bagi kafilah-kafilah perniagaan. Setelah mata air mamancar dari telaga Zam-zam, rumah-rumah kota Makkah telah sampai ke dekat telaga itu. Sekali peristiwa, datanglah Ibrahim ke Hejaz untuk melihat puteranya. Maka kelihatanlah olehnya betapa puteranya menjadi penghormatan yang besar, dan betapa orang dari segenap penjuru Jazirah Arab berdatangan ke sana. Oleh karena itu Ibrahim bersama-sama dengan puteranya itu membangun Ka’bah, agar dapat dijadikan tempat mengerjakan syi’ar agama Ibrahim, Inilah yang diceritakan oleh Tuhan di dalam al Quran. Ka’batul musyarrafah itu ialah Bailtullah atau disebut juga Baitul ‘Atiq, yaitu sebuah bangunan bebentuk kubus. Dibangun di bagian yang paling luas dilembah itu. Tingginya 15 meter. Panjang didingnya yang sebelah barat masing-masing kira-kira 12 meter. Pada didingnya yang sebelah timur disitulah pintu Ka’bah itu. Di pojok Ka’bah yang sebelah tenggara sebelah keluar terdapat Hajarul Aswad. Dia tertinggi dari tanah kira-kira satu setengah meter. Dari Hajarul Aswad itulah dimulai thawaf. Tatkala Nabi Ibrahim telah selesai mendirikan Ka’bah berserulah dia kepada Tuhan : "Ya Tuhan kami ! Aku telah menempatkan sebagian dari keturunanku pada suatu lembah yang tiada bertanam-tanaman, di dekat rumah-Mu yang dihormati. Ya tuhan kami, agar mereka mendirikan sembahyang. Maka jadikanlah hati manusia cenderung kepada mereka, dan beri rezekilah mereka dengan buah tanam-tanaman." (Ibrahim 37) Tuhan telah memperkenankan do’a Nabi Ibrahim ini, dan ditunjukakanlah oleh Tuhan kepadanya begaimana caranya agar maksud itu terlaksana. Berfirman Tuhan : "Beritahukanlah kepada kami manusia untuk mengerjakan haji niscaya mereka datang kepada engkau dengan berjalan kaki, atau menunggu kendaraan yang kurus – karena jauhnya perjalanan dari tiap-tiap negeri yang jauh." (Al Hajj 27). Maka diberitahukan dan diserulah manusia oleh Nabi Ibrahim untuk mengerjakan haji, dan mereka pun memperkenankan seruan itu. Maka semenjak itu berdatanganlah manusia dari segenap penjuru dan dari bermacam-macam negeri didunia ini ke Makkah Almukarramah untuk mengerjakan Ibadah Haji. Di dalam Ka’bah itulah dahulu upacara-upacara agama dilakukan. Akan tetapi, karena banyaknya orang yang berdatangan ke Makkah dan banyaknya orang mengerjakan haji, maka tempat yang kecil itu menjadi sempit. Oleh karena itu bangsa Arab bersepakat untuk mempergunakan sebagian dari tanah yang di sekeliling Ka’bah itu untuk tempat mengadakan upacara-upacara keagamaan, dan mereka pandang sucilah tempat itu, oleh karenanya tempat itu mereka sebut "Haram", Yakni tempat yang dimuliakan. Dikala datang agama Islam dan sembahyang disyari’atkan, maka di temapat itulah sembahyang dikerjakan, oleh karenanya maka dinamailah tempat itu "Masjidul Haram". D. PEMERINTAH DI MAKKAH Kota makkah adalah satu tempat yang dipandang suci oleh seluruh bangsa Arab. Bangsa Arab dari seluruh penjuru Jazirah Arab berdatangan ke kota Makkah untuk mengerjakan Haji atau umrah. Oleh karena itu bangsa Arab seluruhnya seia sekata melarang berperang dalam bulan-bulan haji, yaitu Zulkaidah, Zulijjah, dan Muharram. Begitu juga di bulan Rajab, karena di bulan Rajab itu banyak dikerjakan umrah. Bulan-bulan yang disebutkan itu mereka namai "Asyhru’l Hurum" (Bulan-bulan yang terlarang). Demikian pula mereka telah sepakat untuk melarang berperang di Haram Makkah itu. Sikap ini adalah semacam persetujuan yang dibuat oleh badan-badan yang memegang pemerintah di Tanah Arab berkenaan dengan kota Makkah. Kota Makkah itu sendiri pun semenjak masa paginya betul telah mengenal pemerintahan. Diantara suku-suku yang telah memegang kekuasaan di Makkah yang terkenal ialah suku-suku Amaliqah, yaitu sebelum Nabi Ismail dilahirkan. Kemudian datang pula ke Makkah suku-suku Jurhum dan mereka menetap di Makkah, bersama-sama dengan suku-suku Amaliqah. Akan tetapi suku-suku Jurhum kemudian dapat mengalahkan dan mengusir suku-suku Amaliqah dan Makkah. Di masa Jurhum berkuasa itulah Ismail datang ke Makkah. Ismail terdiri dalam terdidik dalam lingkungan Jurhum, dan kemudian kawin dengan salah seorang putri dari Jurhum. Karena kota Makkah telah menjadi tempat yang dipandang suci oleh segenap bangsa Arab, maka berdirilah di sana pemerintahan untuk melindungi jemaah-jemaah haji dan menjamin keamanan, keselamatan dan ketentraman mereka. Rupanya telah terjadi pembagian kerja antara orang-orang Jurhum dan Ismail, yaitu : urusan-urusan politik dan peperangan dipegang oleh orang-orang Jurhum, sedang Ismail mencurahkan tenaganya untuk berkhimat kepada Baitullah dan urusan-urusan keagamaan. Orang-orang Jurhum kemudian telah menjadi kaya, karena itu mereka telah tenggelam dalam kenikmatan hidup, dan lupalah mereka kepada kewajibannya. Oleh karena itu berpikirlah oleh suku Khuza’ah yang juga telah menetap di Makkah hendak merebut kekuasaan dari Jurhum. Mudhadhim ibnu ‘Amr al Jurhumi salah seorang pemimpin Jurhum tiadalah mampu untuk menginsafkan orang-orang Jurhum itu, dan dirasanya bahwa mereka lemah. Oleh karena itu berangkatlah dia meninggalkan Makkah bersama-sama kaumnya. Ikut pula bersama-sama mereka putra-putra Ismail. Oleh Mudhadhim ibnu ‘Amr sebelum meninggalkan Makkah telaga Zam-zam ditimbuninya dengan tanah. Setelah Jurhum meninggalkan Makkah berpindahlah kekuasaan ke tangan Khuza’ah, yaitu pada tahun 440 M. Qushai inilah yang mendirikan Darun Nadwah, untuk tempat bermusyawarah bagi penduduk Makkah di bawah pengawasan Qushai. Dia pulalah yang mengatur urusan-urusan yang berhubungan dengan Ka’bah, yaitu: 1. As Siqayah (Menyediakan air minum). Karena telaga Zam-zam telah ditimbun dengan tanah, maka amat sulitlah memperoleh Makkah (telaga Zam-zam itu kemudian digali kembali oleh Abdul Mutthalib) Sebab itu air untuk diminum oleh jemaah-jemaah haji haruslah didatangkan oleh orang yang memegang urusan siqayah dari perigi-perigi yang berada di tempat-tempat yang jauh. Air ini diletakkan di dalam bak-bak dan dicampuri sedikit dengan buah kurma dan anggur kering agar berasa manis. 2. Ar Rifadah (Menyediakan makanan) Untuk jemaah haji yang tidak mampu haruslah disediakan makanan. Biasanya Quraisy memberikan sebagian dari harta mereka kepada Qushai, agar dipergunakannya untuk menyediakan makanan bagi jemaah haji yang kurang mampu. 3. Al Liwa’ (Bendera) Yaitu menjaga Ka’bah, dan memegang anak kuncinya. Quraisy berkuasa di Makkah sampai datang agama Islam. Selama itu urusan yang empat macam itu dipegang oleh putera-putera Qushai berganti-ganti, sampai akhirnya dipegang oleh Abdul Mutthalib nenek Raullah SAW. E. TAHUN GAJAH Beberapa tahun sebelum Nabi Muhammad dilahirkan, negeri Habsyl berhasil menaklukan negeri Yaman. Diantara gubernur yang pernah memerintah di Yaman atas nama raja Habsyl, seorang bernama Abrahah. Dikala Abrahah ini memperhatikan betapa bangsa Arab memuliakan negeri Makkah, dan memeperhatikan mereka berdatangan dari segenap penjuru tanah Arab untuk mengerjakan haji di Ka’bah, terpikir olehnya hendak mendirikan sebuah bangunan yang lebih besar dari Ka’bah dan hendak menyeru bangsa Arab agar menghadapkan muka dan berkunjung ke tempat itu. Lalu didirikannyalah sebuah gereja besar, dan dianjurkannya agar bangsa Arab mengerjakan Haji ke sana. Akan tetapi perbuatan dan anjurannya itu menimbulkan amarah dalam kalangan bangsa Arab. Seorang dari Bani Malik Ibnu Kinanah bangkit, seraya bersumpah bahwa dia akan merudakkan gereja itu. Maka datanglah orang ini ke Yaman, dan masuklah dia ke dalam gereja itu berpura-pura hendak beribadat. Di waktu hari telah malam dan orangpun tidak ada lagi di gereja itu, dirusaknyalah perabot-perabot gereja itu, dan diubarnya dinding-dindingnya dengan kotoran. Abrahah mengetahui apa yang terjadi, pada keesokan harinya. Di katakan, bahwa ada seorang Arab bermalam di sana dan dialah yang disangka mengerjakan perbuatan-perbuatan itu, maka bersumpahlah ia hendak meruntuhkan Ka’bah. Lalu berangkatlah ia dengan sepasukan besar terdiri dari tentara Habsyl yang didahuli oleh tentara bergajah. Kemudian dia berhenti tidak berapa jauh dari kota Makkah. Yang berkuasa di Makkah dewasa itu ialah Abdul Mutthalib Ibnu Hasyim, nenek dari Nabi Muhammad SAW. Abrahah merampas unta kepunyaan Abdul Mutthalib yang sedang dilepaskan ditempat Abrahah berhenti itu. Oleh Abrahah dipanggil Abdul Mutthalib, supaya datang menghadapnya, setelah Abdul Mutthalib datang, Abrahah berkata kepada: "Saya datang ke Makkah ini bukanlah untuk memerangi kamu, hanya hendak merubuhkan Ka’bah. Maka kalau kamu menghalangi maksudku ini barulah kamu saya perangi. Dan bilamana kamu tiada menghalangi, saya pun tiada akan menumpahkan darah, "Perkataan Abrahah ini dijawab oleh Abdul Muthhalib : "Kami tiada mampu untuk menghalangi maksudmu. Hanya saya minta kepadamu agar engkau mengembalikan semua untaku yang engkau rampas itu." Abrahah lalu berkata : "Tadinya aku amat segan padamu di waktu mula-mula melihatmu. Akan tetapi sekarang sesudah engkau berbicara dengan aku, tak ada lagi hargamu dalam pandanganku. Apakah hanya unta yang engkau bicarakan dengan aku, dan aku lupakan Ka’bah, sedang dia adalah agamamu, dan agama nenek moyangmu?" Abdul Mutthalib menjawab :"Akan unta itu, akulah yang punya, adapun Baitullah itu dia ada mempunyai Tuhan yang memeliharanya." Dalam pada itu Abdul Mutthalib mengajukan kepada Abrahah sepertiga harta Tihamah, asal dia kembali dan tidak jadi meneruskan maksudnya merubuhkan Ka’bah. Akan tetapi Abrahah tetap hendak merubuhkan Ka’bah itu. Maka kembalilah Abdul Mutthalib ke Makkah, dan tawaflah dia sekeliling Baitullah seraya menyebut beberapa kali bait syair, dan orang-orang yang sama-sama tawaf dengan dia pun turut mengulang-ulang syair itu, yaitu : "Hai Tuhan! Tak ada yang kami harapakan selain Mu! Hai Tuhan! Slamatkanlah dari serangan mereka rumah Mu! Musuh rumah Mu ialah orang yang memusuhi Mu." Doa Abdul Mutthalib ini diperkenenkan oleh Tuhan. Al Quranul Karim telah menceritakan bagaimana akibat yang diderita oleh Abrahah dan tentara gajahnya itu dalam ayat-ayat suci : "Tiadalah engkau tahu, bagaimana Tuhanmu telah bebuat terhadap balatentara yang mempunyai gajah itu? Tiadakah dijadikan-Nya tipu-daya mereka menjadi sia-sia belaka? Dan dikirim-Nya kepada mereka burung yang berbondong-bondong: yang melempar meeka dengan batu dari tanah keras. Maka dijadikan-Nyalah mereka hancur luluh, laksana daun tanaman yang telah dimamah." (Surat Al Fil) Peristiwa tentara bergajah ini adalah suatu peristiwa yang penting dalam sejarah bangsa Arab, karena itu mereka menjadikan peristiwa-peristiwa yang penting dengan tahun gajah itu, dan di tahun gajah itulah dilahirkan Nabi Muhammad SAW. (Ibnul Qaiyun : Zadul Ma’ad I : 17) F. KOTA-KOTA HEJAZ YANG LAIN Selain dari kota Makkah, diHejaz ada beberapa buah kota, yaitu Thaif, Yatsrib dan lain-lain, akan tetapi kota-kota ini tidak semahsyur kota Makkah. Oleh karena kota Makkah dipandang suci, maka kota itu lebih maju dari kota-kota yang lain, dan kehidupan pun disitu lebih stabil. Al Quran memberi julukan kepada kota Makkah dengan "Ummul Qura" (Ibu negeri). Nama ini membayangkan kedudukan Makkah lebih tinggi dari kota-kota yang lain. Berfirman Tuhan : "Dan Al quran ini adalah suatu kitab yang kami turunkan, yang berbahagia, yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya, dan agar engkau memberi peringatan kepada penduduk Ummul Qura dan orang-orang yang diluarnya (penduduk bumi seluruhnya)." G. PERNIAGAAN QURAISY Telah kita tuturkan tentang kegiatan perniagaan di Yaman di masa kerajaan Saba’ dan Himyar. Dalam penuturan itu telah kita jelaskan bahwa perniagaan mereka meliputi perniagaan di laut dan di darat. Perniagaan dilaut yaitu ke India, Tiongkok, dan Sumatra; dan perniagaan di darat ialah dalam Jazirah Arab. Setelah negeri Yaman dijajah oleh bangsa Habsyl dan kemudian oleh bangsa Persia, maka kaum-kaum penjajah itu dapat menguasai perniagaan dilaut. Akan tetapi, perniagaan dalam Jazirah Arab berpindah ke tangan penduduk Makkah, karena kaum-kaum penjajah itu – seperti yang telah kita terangkan – sekali-kali tiada dapat menguasai bagian dalam Jazirah Arab. Ada faktor-faktor yang menolong Makkah dapat memegang peranan dalam perniagaan. Terutama ialah orang-orang Yaman yang telah berpindah ke Makkah, sedang mereka mempunyai pengalaman yang luas dalam bidang perniagaan. Dalam pada itu kota Makkah, dari sehari ke hari bertambah masyhur sesudah Ka’bah didirikan, dan jemaah-jemaah haji pun berdatanganlah dari segenap penjuru Jazirah Arab tiap tahun. Keadaan itu menyebabkan Quraisy amat dihormati oleh oleh bangsa Arab, apalagi penghargaan dan pelayanan Quraisy terhadap jemaah Tanah Arab, antara Utara dan Selatan itu pun telah menguatkan faktor-faktor yang disebutkan itu. Apalagi keadaan buminya yang kering dan tandus menyebabkan penduduknya suka merantau untuk berniaga, sebagai suatu usaha yang utama, dan sumber yang terpenting bagi penghidupan mereka. Dengan demikian perniagaan suku Quraisy menjadi giat serta mendapat kemasyhuran dan kemajuan yang besar di dalam dan diluar Jazirah Arab. Dari San’a, dan kota-kota pelabuhan di Oman dan Yaman, kafilah-kafilah bangsa Arab membawa minyak wangi, kemenyan, kain sutera, barang logam, kulit, senjata, dan rempah-rempah. Barang-barang perniagaan yang disebutkan ini ada yang dihasilkan di Yaman, dan ada pula yang didatangkan ke kota-kota pelabuhan itu dari Indonesia, India, dan Tiongkok. Oleh Kafilah-kafilah itu barang-barang ini di bawa ke pasar-pasar Syam. Minyakk wangi dan kemenyan itu amat laris lakunya di negeri-negeri tersebut. Di waktu kembali, kafilah-kafilah itu membawa gandum, minyak zaitun, beras,jagung dan tekstil dari Mesir dan Syam. Sebagaimana kaum Quraisy mengadakan perjalanan perniagaan itu dari timur ke barat, untuk menghubungkan antara Bahrain dan selat Persia (Teluk Arab) di satu pihak dengan Sudan dan Habsyl mnelalui Laut Merah dipihak lain. Adapun barang-barang perniagaan yang terpenting dalam Lin ini ialah mutiara yang dikeluarkan dari selat Persia dan rempah-rempah yang dibawa dari Habsyl Ada empat orang putera Abdul Manaf yang selalu mengadakan perjalanan perniagaan keempat tempat terpenting yang senantiasa didatangi oleh kafilah-kafilah Quraisy seperti disebutkan di atas. Mereka itu ialah : hasyim perjalanannya ke negeri Syam Abdu Syam ke Habsyl, Abdul Mutthalib ke Yaman dan Naufal ke Persia. Pedagang-pedagang Quraisy yang berniaga ke negeri-negeri tersebut adalah di bawah lindungan putera-putera Abdul Manaf yang berempat itu, karena itu tidak ada seorangpun yang berani mengganggu mereka.(At Thabari II : 12-13, Snabikudz Dzahab fi ma’rifati qabailil Arab II : 215) Akan tetapi perjalanan yang lebih teratur dan yang lebih giat ialah perjalanan ke utara dimusim panas, dan ke selatan dimusim dingin. Karena itu, maka perjalanan ini menuturkan di dalam AlQuran sebagai berikut : "Karena Tuhan telah membiasakan kaum Quraisy, yakni membiasakan mereka mengadakan perjalanan di musim dingin dan di musim panas, karena itu hendaklah mereka menyembah Tuhan Ka’bah ini, yang telah memberi mereka makan di waktu kelaparan dan mengamankan mereka dari ketakutan." (Surat Quraisy) Perjalanan di musim dingin itu ialah ke Yaman, dan dimusim panas ke Syam. Menurut riwayat At Thabari bahwa Hasyim ibnu Abdul Manaf-lah yang mula-mula mengatur bagi Quraisy perjalanan di musim dingin dan di musim panas. Kendati pun menurut yang diyakini oleh ahli-ahli sejarah bahwa sebelum Hasyim itu telah ada juga perjalanan untuk berniaga ke utara dan ke selatan, akan tetapi teraturnya adalah semenjak diatur oleh Hasyim. Banyak diantara kaum Quraisy yang telah mendapat laba besar dari perniagaan ini, umpamanya : Anu Sufyan, Al Walid ibul Mughirah dan lain-lain. Dan disamping untung material ini mereka pun mendapat untung moril, yaitu disebabkan perjalan-perjalananyang mereka lakukanuntuk berniaga, mereka dapat mempelajari keadaan negeri-negeri tempat mereka berniaga itu, baik dalam bidang politik ataupun dalam bidang sosial. Hal ini menimbulkan suatu evolusi pikiran yang menyebabkan mereka tidak terasing dari dari kebudayaan yang ada di sekitanya, yakni dibagian utara dan selatan Jazirah Arab itu. H. KEHIDUPAN SOSIAL DI JAZIRAH ARAB Pembahasan di atas disengaja untuk menjelaskan kehidupan politik dari bangsa Arab. Tetapi di dalamnya pun telah terselip tinjauan-tinjauan penting berkenaan dengan kehidupan sosial, yang perlu diterangkan waktu menjelaskan kehidupan politik itu. Dalam pembahasan di bawah ini kita hendak mengkhususkan pembicaraan mengenai segi-segi terpenting dalam kehidupan sosial bangsa Arab sebelumIslam, karena pembahasan semacam ini amat penting untuk memahami pendirian bangsa Arab terhadap agama Islam, dikala mereka diseru kepada agama baru ini. I. SYAIR ARAB Ada dua cara, dalam mempelajari syair Arab di masa Jahilia, kedua-duanya itu amat besar faedahnya. a. Mempelajari syair itu sebagai suatu kesenian, yang oleh bangsa Arab amat dihargai. b. Mempelajari syair itu dengan maksud, supaya kita dapat mengetahui adat istiadat dan budi pekerti bangsa Arab. Dibawah ini akan kita adakan tinjauan ringkas mengenai syair Arab di masa Jahiliah, menurut keduanya segi yang disebutkan itu. Syair adalah salah satu seni yang paling indah yang amat dihargai dan dimuliakan oleh bangsa Arab. Mereka amat gemar berkumpul mengelilingi penyair-penyair, untuk mendengarkan syair-syair mereka, sebagai orang zaman sekarang beramai-ramai mengelilingi penyair atau pemain musik yang mahir, untuk mendengarkan permainannya. Ada beberapa pasar tempat penyair berkumpul, yaitu:pasar ‘Ukas, Majinnah, Zul Majaz. Dipasar-pasar itu para penyair memperdengarkan syairnya yang sudah dipersiapkannya untuk maksud itu, dengan dikelilingi oleh warga sukunya; yang memuji dan merasa bangga dengan penyair-penyair mereka. Dipilihlah di antara syair-syair itu yang terbagus, lalu digantungkan di Ka’bah tidak jauh dari patung dewa-dewa pujaan mereka. Seorang penyair mempunyai kedudukan yang amat tinggi dalam masyarakat bangsa Arab. Bila pada suatu kabilah muncul seorang penyair maka berdatanganlah utusan dari kabilah-kabilah lain, untuk mengucapkan selamat kepada kabilah itu. Untuk ini kabilah itu mengadakan perhelatan-perhelatan dan jamuan besar-besaran, dengan menyembelih binatang-binatang ternak. Wanita-wanita kabilah ke luar untuk menari, menyanyi dan bermain musik. Semua ini diadakan untuk menghormati penyair. Karena penyair membela dan mempertahankan kabilah dengan syair-syairnya, ia melebihi seorang pahlawan yang membela kabilahnya dengan ujung tombaknya. Disamping itu penyair dapat juga mengabadikan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian dengan syairnya. Dan bilamana ada penyair-penyair kabilah lain mencela kabilahnya, maka dialah yang akan membalas dan menolak celaan-celaan itu dengan syair-syairnya pula. Salah satu dari pengaruh syair pada bangsa Arab ialah : Bahwa syair itu dapat meninggikan derajat yang tadinya hina,atau sebaliknya, dapat menghina-hinakan seseorang yang tadinya mulia. Bilamana seorang penyair memuji seorang yang tadinya dipandang hina, maka dengan mendadak sontak orang itu menjadi mulia; dan bilamana seorang penyair mencela atau memaki seorang yang tadinya dimuliakan, maka dengan serta merta orang itu menjadi hina. Sebagai contoh dapat kita sebutkan di sini Abdul ‘Uzza ibnu ‘Amir. Dia adalah seorang yang mulanya hidup melarat. Puteri-puterinya banyak, akan tetapi tidak ada pemuda-pemuda yang mau memperistri mereka. Kemudian dia dipuji oleh Al A’sya seorang penyair ulung. Syair Al A’sya yang berisi pujian itu tersiar kemana-mana. Dengan demikian menjadi mashyurlah Abdul ‘Uzza itu; penghidupannya menjadi baik, maka berebutanlah pemuda-pemuda meminang puteri-puterinya. Ada sekumpulan manusia dicela oleh penyair Hassan ibnu Tsabit, maka menjadi hina-hinalah mereka. Penyair Al Huthaiah memuji sekelompok manusia. Mereka merasa bangga dengan pujian Al Huthaiah itu, seakan-akan pujian Al Huthaiah itu suatu ijazah yang mereka dapat dari salah satu perguruan tinggi. Itulah syair dan demikianlah pengaruhnya! Sekaranginginlah kita hendak memperkatakan syair itu sebagai suatu seni yang telah menggambarkan kehidupan, budi pekerti dan adat istiadat bangsa Arab. Menurut para pembahas, syair-syair dari penyair-penyair yang hidup dimasa Jahiliah menjadi sumber yang terpenting bagi sejarah bangsa Arab sebelum Islam. Syair-syair dapat menggambarkan kehidupan bangsa Arab dimasa Jahiliah,. Dia adalah sumber bagi sejarah bangsa Arab, sebagai piramida-piramida, candi-candi, obelisk-obelisk dan tulisan-tulisan yang ada pada barang-barang tersebutmenjadi sumber bagi sejarah bangsa Mesir purbakala. Orang yang membaca syair Arab, akan melihat kehidupan bangsa Arab tergambar dengan jelas pada syair itu. Dia akan melihat padang pasir, kemah-kemah, tepat-tempat permainan, dan sumber-sumber air. Dia akan mendengar tutur kata pemimpin-pemimpin laki-laki dan wanita. Dia akan mendengar bunyi kuda dan gemerincing pedang. Syair akan mengisahkan kepadanya peperangan-peperangan, adat istiadat dan budi pekerti bagsa Arab. Dari syair kita akan mengetahui bahwa di antara bangsa Arab ada orang-orang yang telah mengetahui "Allah", kendati pun kepercayaan watsani-lah yang berkembang di waktu itu. Ada orang mengharamkan atau mencela minum chamar (tuak). Dan bahwa salah satu adat kebiasan mereka ialah mengawini istri bapa sesudah bapa itu meninggal. Dan bahwa mereka telah mengenal thalaq, dan banyak lagi hal lain-lain, yang syair Arab Jahiliah itu adalah sumber untuk mengetahuinya. J. A G A M A Ahli-ahli sejarah agama berpendapat bahwa manusia itu menurut wataknya suka beragama. Naluri suka beragama dan suka memikirkan Allah, selalu kelihatan pada tiap-tiap masyarakat manusia. Oleh karena itu, kalau dalam masyarakat kedapatan oknum-oknum atau kelompok-kelompok manusia yang memungkiri adanya Tuhan atau berusaha memberantas agama, hal itu berarti bahwa mereka melawan naluri yang ada pada diri mereka sendiri. Dan jarang pula orangyang melawani dan mengingkari naluri sendiri itu karena satu dan lain sebab. Ada perlainan pendapat dalam kalangan ahli-ahli sejarah agama tentang menentukan keadaan-keadaan yang menolong bagi pertumbuhan dan perkembangan naluri beragama itu. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa naluri beragama akan tumbuh dan berkembang, bila pikiran telah maju dan kecerdasan telah tinggi, bila manusia telah sampai kepada taraf dapat berpikir tentang dirinya, bagaimana dirinya itu dijadikan, tenaga-tenaga dan daya-daya apa yang ada pada dirinya itu, bagaimana dia dapat melihat dan mendengar dan sebagainya: "Dan (juga) dalam diri kamu sendiri – ada tanda-tanda kebesaran Tuhan – apakah tidak kamu perhatikan ?" (Adz Dzariyat 21). Dan dapat berpikir tentang alam yang melingkupinya, tentang langit dan bumi. "Apakah mereka tidak melihat kepada unta, bagaimana dijadikan ? Kepada langit, bagaimana ditinggikan ? Kepada gunung-gunung, bagaimana ditegakkan ? Dan kepada bumi, bagaimana dihamparkan ?" (Al Ghasyiah 17 – 20) Sedang sebagian lain berpendapat bahwa naluri beragama itu tumbuh dan berkembang, dimana perbedaan gejala-gejala alam amat jelas kelihatannya. Dimana manusia merasa lemah berhadapan dengan gejala-gejala alam itu, maka timbullah keinginannya hendak meminta pertolongan atau meminta perlindungan kepada gejala-gejala alam itu. Beginilah halnya manusia primitif; dikala mereka melihat hujan, angin, penyakit, maut, binatang-binatang buas, mereka merasa kelemahan mereka, maka oleh karena itu dicarinyalah perlindungan. Sesuai dengan keadaan yang menolong bagi menumbuhkan dan memperkemban naluri beragama itu, maka bangsa Arab mengambil kedudukannya diantara bangsa-bangsa yang beragama. Mereka yang cenderung kepada pendapat yang pertama berpendapat, bahwa naluri beragama itu tumbuh dan berkembang dimana didapati ketentraman hati, karena dalam keadaan yang semacam itulah ada kesempatan bagi akal untuk berpikir. Sedang orang-orang yang cenderung kepada pendapat yang kesua, berpendapat bahwa naluri beragama tumbuh dan berkembang dimana manusia berada dalam pergolakan yang sempit di dalam alam ini. Dimana dia selalu menghadapi kesulitan-kesulitan hidup. Orang-orang ini berpendapat bahwa naluri beragama pada bangsa Arab, ditimbulkan oleh keadaan hidup mereka. Dalam pada itu, kekeringan Jazirah Arab sebenarnya adalah baru, kalau dibandingkan dengan berapa lamanya manusia telah ada di muka bumi ini. Penyelidikan-penyelidikan ilmiah telah menunjukan bahwa Jazirah Arab – yang sekarang merupakan padang pasir yang tandus – dahulunya adalah bumi yang subur dan menghijau, yang telah menganugrahkan kepada penduduknya pelbagai macam kemakmuran. Oleh karena itu amat boleh jadi perasaan keagamaan telah timbul pada bngsa Arab semenjak zaman yang disebutkan. Kita berkata demikian, oleh karena semangat beragama amat kuat pada bangsa Arab, hal ini adalah nyata dan tidak diragukan lagi, serta dapat disaksikan setiap hari. Semangat beragama ini menjadi salah satu sebab yang mendorong mereka melawan dan memerangi agama Islam dikala Islam datang. Mereka memerangi agama Islam, karena mereka amat kuat berperang dengan agama lama, yaitu kepercayaan yang telah mendarah daging pada diri mereka. Andaikata mereka acuh tak acuh dengan agama tertentu dibiarkannya saja agama Islam, siapa yang hendak memluknya dipeluknyalah, dan siapa yang tidak, terserah. Akan tetapi yang kejadian bukanlah demikian.Agama Islam mereka perangi dengan mati-matian, sampai mereka kalah. Sampai saat ini pun orang Arab, baik pun dia seorang ulama atau seorang jahil, amat bersemangat terhadap agamanya, disiarkannya agama itu dan dibelanya sekuat tenaganya. Di Indonesia saya perhatikan bangsa Arab dari Hadramaut, bangsa India Tionghoa, dan di antara bangsa-bangsa ini, bangsa Arablah yang amat bersemangat terhadap agamanya, dan yang giat menyiarkannya padahal bangsa Tionghoa dan bangsa India jauh lebih kaya dari mereka. Sementara itu jangan dilupakan bahwa yang kita maksud dengan semangat beragama di sini, ialah semangat beragama umumnya. Adapun ibadat dan kerja-kerja keagamaan, bangsa Arab Badui, sudah lama merasa bosan dan kesal terhadapnya, karena hal ini mereka pandang sebagai pengikat kemerdekaannya. Mereka amat mencintai hidup bebas yang tiada terikat oleh sesuatu apapun. Dalam beragama kerapkali terjadi penyelewengan. Ada di antara umat manusia yang menyembah pohon-pohon kayu. Ada pula yang menyembah bintang-bintang, sebagaimana tak kurang pula yang menyembah raja-raja, binatang-binatang dan batu-batu. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa penyembahan yang mula-mula di kenalmanusia semenjak masa Adam a.s. adalah penyembah kepada Allah yang Maha Esa. Karena dengan menyembah Allah itulah tentram jiwa manusia. Bangsa Arab adalah salah satu dari bangsa-bangsa yang telah mendapat petunjuk. Mereka mengikuti agama Nabi Ibrahim, setelah Nabi Ibrahim melarikan diri dari kaumnya yang hendak membakarnya dengan api, karena beliau mengingkari dan melawan dewa-dewa mereka. Tetapi bangsa Arab setelah mengikuti iagama Nabi Ibrahim lantas kembali lagi menyembah berhala. Berhala itu mereka buat dari batu dan ditegakkan di Ka’bah. Dengan demikian agama Ibrahim bercampur aduklah dengan kepercayaan watsani, dan hampir-hampir kepercayaan watsani itu dapat mengalahkan agama Nabi Ibrahim, atau benar-benar agama Nabi Ibrahim telah kalah oleh kepercayaan watsani. K. DARI AGAMA NABI IBRAHIM KE KEPERCAYAAN WATSANI Ada bermacam-macam pendapat tentang cara berpindahnya bangsa Arab dari agama Nabi Ibrahim kepada kepercayaan Watsani. Boleh jadi di antara pendapat-pendapat itu, yang lebih dekat kepada yang sebenarnya ialah yang dituturkan oleh Ibnul Kalbi yitu : Yang menyebabkan bangsa Arab akhirnya menyembah berhala dan batu, ialah siapa-siapa yang meninggalkan kota Makkah selalumembawa sebuah batu, siambilnya sari batu-batu yang ada di Haram Ka’bah, dengan maksud untuk menghormati Haram itu, dan untuk memperlihatkan cinta mereka terhadap kota Makkah. Dengan demikian jelaslah sudah betapa agama Nabi Ibrahim telah campur aduk dengan kepecayaan Watsani. Dalam keadaan yang gelap gulita ini didapati pula diantara bangsa Arab itu orang-orang yang melecehkan dan tidak suka menyembah berhala. Mereka antara lain ialah: Waraqah ibnu Naufal, Usman ibnu Huairis, Abdullah ibnu Jahsy dan Zaid ibnu Umar. Warakah dan Usman akhirnya memeluk agam Masehi. Abdullah tetap ragu-ragu sampai datangnya agama Islam. Diwaktu agama Islam datang, lalu dianutnya, akan tetapi kemudian ditinggalkannya, dan dianutnya pula agama Masehi, sebagai yang tersiar dimasanya, tetapi jiwanya tiada puas dengan penyembahan berhala, dan agama Islam belum pula lahir lagi di awktu itu, Oleh karena itu kelihatanlah dia sebagai seorang yang menciptakan agama sendiri. Dijauhinya berhala, dan tiadalah dia mau memakan bangkai dan darah, dan berserulah dia kepada kaumnya : "Wahai kaumQuraisy! Demi orang yang berkuasa atasku tak ada lagi diantara kamu orang yang masih berperang kepada agama Ibrahim, selain dari padaku". Acapkali pula dia menyeru Tuhan, seraya berkata : "Wahai Tuhanku! Kalu kiranya aku ada mengetahui wajah yang paling engkau cintai, saya sembah engkau dengan perantaraanya. Akan tetapi aku tiada mengetahuinya" Di antara orang-orang yang juga tidak mau menyembah berhala ialah : Umaiah ibnu Abish Shalt dan Quss ibnu Sa’idah al Iyadi. Adapun di antara berhala-berhala terpenting yang disembah oleh bangsa Arab, ialah "Hubal". Hubal ini terbuat dari batu akikk berwarna merah, berbentuk manusia. Yaitu dewa mereka yang terbesar. Dia diletakkan di Ka’bah. Disamping itu banyak lagi berhala-berhala yang lain, diantaranya yang penting: Al lata, tempatnya di Thaif, menurut Tsaqif (penduduk Thaif) Al lata ini adalah berhala yang paling tua. Al ‘Uzza, tempatnya di Hejaz. Kedudukannya sesudah Hubal. Manah, tempatnya didekat kota Madinah. Manah ini dimuliakan oleh penduduk Yatsib. Baik pula diketahui bahwa bangsa Arab menyembah berhala-berhala ini adalah sebagai perantara kepada Tuhan, jadi pada hakekatnya bukanlah berhala-berhala itu yang mereka sembah. "Kamu tiadalah menyembah mereka, hanya agar mereka menghampirkan kami kepada Allah sehampir-hampirnya" ( Az Zummar 3) Untuk mendekatkan diri kepada dewa-dewa itu, maka oleh bangsa Arab disajikan kepadanya korban-koraban dari binatang ternak. Bahkan pada suatu ketika pernah pula mereka mempersembahmkan manusia sebagai koraban kepada dewa-dewa. Peristiwa Abdul Mutthalib yang hampir saja menyembelih puteranya yang bernama Abdullah buat jadi koraban kepada dewa-dewa – sebagai yang akan kita tuturkan nanti – menunjukkan bahwa mempersembahkan manusia sebagai koraban kepada dewa-dewa pernah dikerjakan oleh mereka. Mereka pun biasa pula bertenung, dan melihat peruntungan kepada dewa-dewa itu. Bilaman seorang hendak mengerjakan sesuatu pekerjaan yang berarti, umpamanya hendak berpergian, atau kawin, pergilah ia ke Ka’bah untuk bertenung dan melihat pendapat dewa-dewa terhadap pekerjaan itu. Yang menjadi juru tenung ialah penjaga-penjaga Baitullah. Di samping pemujaan kepada berhala-berhala, agama-agama ketuhanan pun telah pernah memasuki Jazirah Arab, sebelum datang agama Islam. Diatas telah pernah kita tuturkan tentang seorang raja Yaman yang bernama Zu Nuas. Telah kita sebutkan pula bahwa raja ini memeluk agama yahudi itu. Zu Nuas menerima agama Yahudi dari orang-orang Yahudi yang berpindah ke Yaman. Dalam pada iti di Yatsib, Khaibar, Wadil Qura dan lain-lain ada pula orang-orang yang beragama Yahudi. Boleh jadi mereka berasal dari Palestina, atau mereka ialah bangsa Arab yang telah memeluk agama Yahudi Agama Masehi pun pernah masuk ke Jazirah Arab. Telah kita sebut juga di atas mengenai kaum Masehi Najran yang dimusnahkan oleh Zu Nuas. Di Ghassan ada kaum Masehi, demikian pula di Yaman waktu negeri Yaman di bawah pemerintahan bangsa Habsyi, Agama Masehi datangnya ke Jazirah Arab ialah dari Siria, Mesir dan Habsyi. Tetapi, agama Yahudi dan Masehi tiadalah tersiar betul tanah Arab.Yang demikian disebabkan adanya diskiriminasi yaitu agama Yahudi menurut bagsa yahudi adalah agama dari "suatu bangsa yang pilihan" Kendatipunseorang Arab telah menganut agama Yahudi, namun dia tiadalah akan mendapat hak sama dengan seorang Yahudi keturunan Yahuda. Oleh karena itu tiadalah rela bangsa Arab untuk memeluk suatu agama yang akan menempatkannyapada suatu derajat dibawah dari derajat penyeru-penyeru agama itu sendiri. Adapun agama Masehi, Keadaannya telah terpenuhi oleh kepercayaan-kepercayaan yang ruwet, yang sukar oleh otak bangsa Arab memahaminya. Juga telah dipenuhi oleh perselisihan yang sengit, yang mengakibatkan persoalan agama itu sendiri menjadi kabur, dan menjadikan orang-orang Arab yang ingin menganut agama itu akhirnya jadi berpaling daripadanya. L. K E L U A R G A Tiadalah dapat seorang pembahas menentukan suatu sistem keluarga yang dipakai oleh kabilah-kabilah Arab. Karena adat istiadat kabilah-kabilah itu kadang-kadang amat jauh berbeda. Yang demikian disebabkan oleh sistem kabilah, yang telah menjadikan satu kabilah sebagai satu kesatuan yang mempunyai adat istiadat dan budi pekerti tersendiri, yang boleh jadi amat jauh bedanya dari adat istiadat dan budi pekerti kabilah-kabilah yang lain. Akan tetapi ada suatu gejala yang boleh dikatakan kelihatan dengan jelas pada tiap-tiap kabilah. Yaitu : adat menjaga dan membela wanita, dan memandang kehormatan perempuan itu lebih tinggi harganya daripada jiwa, harta dan anak pinak. Perempuan-perempuan itu sendiri pun, kerapkali pula dapat mempergunakan kesempatan mereka di medan perang untuk memompakan semangat yang berapi-api kepada kaum laki-laki yang sedang bertempur. Pada pertempuran Dzi Qar yang terjadi antara bangsa Persia dengan Kabilah Bakr tampilah seorang perempuan dari Bani Ajal menyanyikan sebuah lagu untuk menghasung kaum laki-laki yang sedang bertempur, agar mereka bertempur dengan mati-matian. Dalam nyanyian itu ia atas nama teman-temanya kaum wanita mengucapkan janji yang muluk-muluk kepada kaum laki-laki yang sedang bertempur itu. Janji itu akan dipenuhi kalau mereka menang, dan diancam kalau mereka kalah. Nyanyian ini diubah dalam sebuah sajak yang berbunyi: "Kalau kamu dapat mengalahkan musuh, kita berpeluk-pelukan. Kita hamparkan permadani Tetapi kalau kamu yang kalah, kita bercerai. Cerai sebagai orang yang tak pernah mencintai" Tidak jarang pula penghargaan kepada kaum perempuan telah menyeleweng dan berlebih-lebihan sampai menimbulkan bencana serta menyebabkan perbuatan-perbuatan yang memberi malu dan noda. Sebagai contoh dapat disebutkan di sini peristiwa ‘Amr ibnul Mundzir ibnu Mais Sama’. ‘Amr ini seorang yang berkuasa (raja) di Hirah. Sekali peristiwa dia bertanya kepada orang-orang yang sama-sama duduk dengan dia : "setahu kamu sekalian, adakah di tanah Arab ini orang yang ibunya enggan melayani ibuku? Tidak ada, jawab mereka, hanya boleh jadi ‘Amr ibnu Kultsum". Maka oleh ‘Amr ibnul Mundzir dengan ibunya yang bernama Hindun dijamu ‘Amr ibnul Kultsum dengan ibunya yang bernama Laila binti Muhalhil. Kepada ibunya dibisikkannya agar diwaktu makan dan minum nanti ibunya meminta tolong kepada Laila supaya mengambilkannya piring dan sebagainya. Hindun menjalankan sebagai yang dibisikan anaknya itu, akan tetapi Laila menjawab :"Masing-masing haruslah mengambil apa yang diperlukannya!" Hindun meminta sekali lagi supaya Laila menolongnya. Akan tetapi Laila arif apa yang dimaksud orang kepadanya, dan terasa olehnya bahwa perasaan dan kehormatannya tersinggung, maka berteriaklah ia: "Penghinaan! Penghinaan !" Teriakannya itu kedengaran oleh anaknya. Maka melompatlah dia dari tempat duduknya dan direbutnya sebuah pedang yang kebetulan tergantung di dinding, lalu dibunuhnya ‘Amr ibnul Mundzir dengan pedang itu. Dari cerita ini, yang kita cantumkan di sini dengan ringkas, dapatlah pembaca membayangkan kedudukan wanita pada bangsa Arab yang dicerminkan oleh Hindun dan Laila. Dari cerita ini kita dapat mengetahui ketajaman perasaan wanita Arab, seperti yang tercermin pada Laila. Kelihatan pula betapa sepatah kata saja Laila yang melukiskan kemarahan hatinya telah mengakibatkan tewasnya seorang raja. Salah satu gejala dari adanya keinginan yang berlebih-lebihan untuk menjaga agar perempuan itu selalu terhormat ialah : kebiasaan mengubur anak perempuan hidup-hidup, karena dikhawatirkan nanti akan bernoda atau di tawan musuh. Akan tetapi kebiasaan membunuh anak perempuan ini tentu saja tiadalah menjadi adat bagi seluruh kabilah Arab, hanya terdapat pada sementara Bani Asad dan Tamim. Tentang pembinaan keluarga, maka umumnya adalah menurut yang biasa saja. Yaitu laki-laki meminang wanita yang hendak dikawinnya kepada keluarganya. Bial pinangan itu dikabulkan, maka dibawanyalah wanita itu ke rumahnya dan dilangsungkan pernikahan. Telah menjadi kebiasaan pula meminta pikiran perempuan lebih dahulu, sebelum dia dikawinkan. Buku-buku kesusastraan dan sejarah banyak menceriatakan peristiwa Aus ibnu Haritsah dengan ketiga orang puteranya, ketika didatangi oleh Al harit ibu ‘Auf, untuk meminang salah seorang puterinya itu. Aus memanggil puterinya yang tertua, dan kepadanya disampaikan pinangan bangsawan Arab itu. Puterinya mengemukakan beberpa ‘aib yang ada pada dirinya sendiri. Padahal antara dia dan Al Harits tidak ada kekerabatan atau dipandang oleh Al Harits bukan pula tetangga dari ayahnya, yang akan menyebabkan ayahnya merasa malu untuk menolak pinangannya. Lebih lanjut puterinya itu berkata : "Aku takut kalau-kalau aku nanti dicerikannya; hal itu tentu tidak baik bagiku". Aus memanggil puterinya yang menengah. Ia pun menolak sebagai tolakan saudaranya yang tua itu. Akhirnya Aus memanggil puterinya yang terkecil. Ia menerima pinangan itu. Maka diceritakanyalah oleh ayahnya bahwa saudaranya yang berdua telah menolak, dan dijelaskannya mengapa saudara-saudaranay itu menolak. Maka berkatalah puterinya yang paling muda itu "Akan tetapi, demi Allah, mukaku cantik, aku banyak berbuat baik. Budi pekertiku pun halus. Bahkan pula ayahku berbangsa tinggi". Bertanyala ayahnya:"Tidakkah engkau takut akan diceraikannya?" Pertanyaan ayahnya itu dijawabnya:"jika aku dicerikan, kendatipun sifat-sifatku sebagai disebutkan itu, tiadalah ia akan diberkati oleh Allah ".Maka oleh Aus dikawinkanlah dia dengan Al Harits itu. Dengan memperhatikan ceritera ini dapat pula kita mengetahui bahwa bangsa Arab telah mengenal pula thalaq itu. Telah jadi kebiasaan bagimereka bahwa thalaq itu di tangan laki-laki. Seorang laki-laki berhak memegang terus istrinya atau menceraikannya. Akan tetapi ada sementara wanita yang tiada mau diperistri, kalau tidak hak mencerai itu dipegang oleh mereka. Diantaranya Salma binti ‘Amr dari Bani An Najjar. Salma ini ialah ibu dari Abdul Mutthalib ibnu Hasjim. Ada lagi suatu kebiasaan bangsa Arab, yaitu tidak mau mengawinkan putri-putri mereka kepada bangsa asing (yang bukan bangsa Arab). Pernah Kisra Persia hendak memingang salah seorang dari puteri Nu’man ibnu Mundzin raja Hirah. Wanita-wanita padang pasir tidak ingin dikawinkan dengan pendduk negeri. Sebagai contoh dapat kita sebut Maisun istri dari Mu’awiah ibnu Abi Sufyan dan ibu dari Yazid ibnu Mu’awiah. Maisun tidak betah hidup mewah dalam istana di kota Damaskus nan indah itu. Jiwany selalu rindu kepada kemahnya, serta hidupnya yang bebas digurun pasir. Untuk melahirkan perasaan hatinya ditulisnya sebuah kasidah yang panjang, diantaranya : Memakai baju ‘aba’ah yang kasar akan tetapi hatiku senang, lenih kusukai daripada memakai yang halus-halus Angin yang repihan roti di rumah yang sudah bukit lebih kusukai daripada mahligai yang tinggi Mamakan repihan roti di rumah yang sudah runtuh, lebih kusukai daripada memakan roti yang segar Tatkala Mu’awiah mengetahui hal ini dikembalikannyalah istrinya ke kampungnya di padang pasir. Dimasa Jahiliah jumlah istri pada bangsa Arab tiada terbatas. Dalam buku fiqh banyak disebutkan contoh tentang orang sebelum Islam yang beristri lebih dari empat orang. Ada diantaranya yang mempunyai istri sampai sepuluh orang. Orang ini disuruh memilih empat orang di antara istri itu dan menceraikan yang selebihnya. Orang Arab Amat suka mempunyai anak laki-laki. Doa mereka diwaktu kawin ialah : "Bir rifai wal banin".(moga-moga sesuai, dan banyak anak laki-laki) Dan adalah suatu hal yang jelas bahwa putra yang laki-laki itulah yang menjadi saka guru dan tiang keluarga. Wanita Arab menjadi teman dan penolong yang baik bagi suaminya, karena dia mempunyai bermacam kepandaian yang menyebabkan kecerdasannya setarf dengan kecerdasan suaminya. Dia pandai menggembala, bernyanyi, bersyair, menari, memintal benang, bertenun kain dan membuat kemah. Kesemuanya itu dapat dikerjakan oleh seorang wanita Arab, disamping kewajibannya sebagai ibi rumah tangga dan nyonya rumah. Wanita Arab di zaman Jahiliah tidak mengenal "hijab" bahkan sampai sekarang ini pun wanita-wanita padang pasir Arab tidak mengenal Hijab. Mereka biasa keluar rumah dengan mengapit lengan suaminya sebagai kebiasaan orang-orang Barat Adapun hijab yang kedapatan dikota-kota Jazirah Arab di zaman sekarang, biarpun dengan cara menutup muka, atau dengan cara tidak boleh keluar rumah atau memasuki masyarakat adalah suatu peraturan yang dimasukan oleh bangsa Turki ke dunia Islam, dimasa mereka berkuasa dahulu. Hijab ini oleh bangsa Turki diberi corak keIslaman, padahal sebenarnya dia bukanlah adat istiadat Arab dan bukan pula adat istiadat Islam. Ada suatu kebiasaan yang tidak baik, yang terkadangdiderita oleh wanita Arab, yaitu istri dari ayah biasanya diwarisi (dikawini oleh anaknya) seperti mewarisi harta benda. Perkawinan semacam ini mereka namai "Zawaju’l maqt" (kawin marah) Akan tetapi kebiasaan ini tidak begitu tersiar. Biasanya dilakukan terhadap wanita yang tiada beranak Sementara itu ahli-ahli sejarah mamandang perlakuan ini sebagai akibat sistem perkawinan bangsa Arab, yaitu sistem yang menganggap bahwa perkawinan itu berarti memutuskan hubungan antara seorang wanita dengan ayah dan saudara-saudara laki-laki. Keluarga pada bangsa Arab adalah suatu kesatuan yang anggotanya dukung mendukung, biarpun keadilan atau dalam perbuatan aniaya. Dalam hal ini semboyan mereka ialah :"Tolong saudaramu, biarpun menganiaya atau teraniaya!" Walupun demikian pendirian dua orang yang bersaudara, kemudian antara anak-anak atau keturunan dari dua orang bersaudara itu, lekas pula terjadi permusuhan, yang menyebabkan mencetus api peperangan antara mereka. Seperti permusuhan yang terjadi antara keturunan ‘Abdud Dar dan keturunan ‘Abdu Manaf, sedangkan ‘Abdud Dar dan ‘Abdu Manaf, itu adalah bersaudara. Keduanya putera dari Qushai. Begitu juga permusuhan yang terjadi antara keturunan ‘Abdu Manaf dengan Umaiyah Ibnu’Abdu Syam. Demikian pula permusuhan yang timbul antara keluarga Abbasiah dan keluarga Alawiah padahal kedua golongan ini adalah keturunan ‘Abdull Mutthalib ibnu Hasyim. ( Prof. Dr. A. Syalabi )

POS UNBK

Jumat, 25 Maret 2011

PRINSIP PEBELAJARAN KONSTRUKTIVISME

Secara teoritis, pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran matematika di tanah air mulai banyak diperbincangkan para guru. Namun secara praktis, belum banyak kita membaca laporan hasil pengembangan pembelajaran khususnya matapelajaran matematika di sekolah yang beracuan pandangan tersebut. Hal ini bisa dimaklumi, karena masih banyak keraguan di kalangan guru matematika apakah konstruktivisme dapat meningkatkan pencapaian kompetensi siswa. Keraguan lain utamanya terletak pada pribadi guru sendiri apakah mampu mengembangkan pembelajaran itu. Namun, keraguan tersebut akan terus menjadi keraguan apabila kita tidak berani mencoba menguji dalam pembelajaran matematika kita.
Beberapa keberhasilan yang telah ditunjukkan oleh para pengembang pembelajaran matematika yang beracuan pada konstruktivisme adalah Herlina (2003), Sa’dijah (2006).
Hasil penelitian Herlina (2003:iv) menunjukkan bahwa pendekatan konstruktivisme dalam perkuliahan matakuliah Fisika Matematika dapat meningkatkan aktivitas dan konsepsi mahasiswa dan pada umumnya mahasiswa sangat antusias.
Sa’dijah (2006:111-122) telah mengembangkan model pembelajaran matematika beracuan konstruktivisme (PMBK) dan didukung dengan perangkat pembelajaran yang mendukung model pembelajaran tersebut. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Malang pada tahun 2003, yakni materi Bilangan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kriteria efektif, karena kemampuan guru mengelola pembelajaran matematika beracuan konstruktivisme baik, persentase rata-rata aktivitas siswa dalam tugas dan kegiatan pembelajaran matematika sesuai model mencapai lebih dari 85%, rata-rata hasil pekerjaan siswa pada LKS bernilai baik, rata-rata hasil tes matematika siswa bernilai baik, guru dan siswa memberikan respon positif terhadap pembelaran yang menggunakan model PMBK. Kedua hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan konstruktivistik memberikan hasil yang positif dan layak dikembangkan di sekolah kita dalam materi matematika yang sama atau lainnya.
Menyadari bahwa karakteristik anak didik kita dalam tingkatan intelektual dan gaya belajar yang beragam, yang berakibat pada perbedaan kemampuan dan kecepatan mereka menuntaskan tugas-tugas belajarnya, maka pandangan konstruktivisme adalah relevan diterapkan dalam pembelajaran matematika. Belajar matematika adalah masalah membangun pemahaman dan pengertian terhadap materi matematika. Yang harus melakukan belajar adalah anak didik sendiri baik secara individual atau dengan bantuan teman atau gurunya. Mereka sendiri yang harus melakukan upaya membangun pemahamannya tersebut, teman yang lebih mampu atau gurunya sebatas memberikan bantuan hingga mereka mampu menyelesaikan sendiri tugas-tugas belajarnya untuk mendapatkan pengetahuan konseptual ilmiahnya berdasarkan pengetahuan spontannya.
A. Prinsip-prinsip Pembelajaran Matematika Beracuan Konstruktivisme
Pembelajaran matematika beracuan konstruktivisme (disarikan dari Suparno, 1997) dikembangkan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Pengetahuan bagi individu adalah hasil konstruksi individu sendiri.
2. Individu dapat mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomen, pengalaman, dan lingkungannya.
3. Pengetahuan yang benar apabila pengetahuan hasil konstruksi itu dapat digunakan untuk memecahkan masalah atau fenomen yang relevan.
4. Pengetahuan tidak dapat ditransfer oleh seseorang dari orang lain, melainkan melalui proses interpretasinya masing-masing.
5. Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa, baik secara personal maupun sosial.
6. Perubahan konsep ke arah yang lebih rinci, lengkap, dan ilmiah terjadi apabila proses konstruksi berlangsung terus menerus.
7. Peran guru dalam pembelajaran beracuan konstruktivisme adalah sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi pengetahuan berjalan dengan baik.
8. Pengetahuan individu tersimpan dalam struktur kognitifnya, didapat melalui proses mengonstruksi secara fisik dan mental dalam lingkungan fisik dan sosial.
9. Pengetahuan hasil konstruksi sebagai struktur kognitif individu, tertanam sebagai struktur logis dan matematis yang bersifat abstrak berasal dari dua kemungkinan abstraksi, yaitu (1) abstraksi dari objek secara langsung yang menghasilkan pengetahuan empiris atau eksperimental, dan (2) abstraksi atas dasar koordinasi, relasi, operasi, penggunaan, yang tidak langsung keluar dari sifat-sifat objek.
10. Pengetahuan baru dapat dengan mudah dikonstruksi oleh individu apabila terjadi asosiasi dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Dengan demikian, tugas guru adalah membangkitkan kembali pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa.
11. Pengetahuan baru akan lebih mudah dikonstruksi oleh siswa apabila diawali dari hal yang konkrit dan ini lebih baik dari pada pengetahuan awal yang abstrak.
B. Model Pembelajaran
1. Pola Pembelajaran Matematika Beracuan Konstruktivisme
Berdasarkan pendapat dari Horsley (1990), Tobin dan Timon, Yager sebagaimana disarikan Hamzah (2003:7) dan Dahar (1988:193), pola pembelajaran matematika beracuan konstruktivisme adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran diawali dengan menggali konsepsi awal yang dimiliki anak, agar anak lebih termotivasi dan mebangkitkan kesadaran pengetahuan matematisnya. Penggalian berguna untuk mempersiapkan diri siswa melakukan proses asimilasi untuk mencapai keseimbangan pada proses selanjutnya.
b. Pembelajaran tahap berikutnya adalah anak melakukan kegiatan eksplorasi dengan kehadiran objek riil, untuk mengenal ciri-ciri dan sifat-sifat fisik secara langsung dan memberikan perlakuan terhadap objek itu. Dengan perlakuan dan operasi, relasi, koordinasi terhadap penggunaan objek riil akan didapatkan abstraksi logis dan matematis.
c. Tahap konstruksi lebih lanjut melalui aktivitas interaksi antar siswa dalam kelompok kecil atau kelompok besar, dalam diskusi saling bertukar ide untuk menyusun persetujuan pengetahuan yang dikonstruksinya.
d. Tahap pemantapan konstruksi pengetahuan melalui situasi yang memungkinkan siswa menerapkan pengetahuan atau menguji pengetahuannya.

2. Karakteristik Pembelajaran
Ada Enam karakteristik pembelajaran matematika beracuan konstruktivisme sebagaimana disarikan oleh Sa’dijah (2006:113) adalah sebagai berikut:
a. Karakteristik Pertama. Mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa sehingga pengetahuan akan dikonstruksi siswa secara bermakna. Penyediaan pengalaman belajar yang sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki siswa adalah perlu dilakukan.
b. Karakteristik Kedua. Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistik dan relevan, sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial. Yang bisa dilakukan bagi siswa adalah penyediaan pengalaman belajar atau tugas-tugas matematika yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
c. Karakteristik Ketiga. Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar. Yang dapat dilakukan sesuai karakteristik ini adalah memberikan pertanyaan terbuka, menyediaakan masalah yang dapat diselesaikan dengan berbagai cara atau multi solusi.
d. Karakteristik Keempat. Mendorong interaksi dan kerjasama dengan orang lain atau lingkungannya. Mendorong terjadinya proses konstruksi pengetahuan baru yang dipelajarinya.
e. Mendorong penggunaan berbagai representasi idea, misal dalam bentuk benda konkrit, bentuk gambar benda, simbol gambar, simbol, dan bahasa.
f. Karakteristik Keenam. Mendorong peningkatan kesadaran siswa dalam proses pembentukan pengetahuan melalui refleksi diri. Refleksi diri yang menjelaskan mengapa dan bagaimana pengetahuannya dikonstruksi atau suatu masalah dipecahkan, mengomunikasikan konsep-konsep yang sudah atau yang belum diketahui secara lisan atau tertulis.

3. Sintaks Model Pembelajaran
Model pembelajaran matematika beracuan konstruktivisme sebagaimana dikembangkan Sa’dijah (2006:116-117) terdiri dari lima fase, yaitu:
a. Fase Pertama: Fase Kesadaran. Fase kesadaran dilakukan dengan penyediaan sumber belajar realistik yang relevan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa, agar pengetahuan matematisnya tumbuh dan bangkit. Selain itu melalui pertanyaan lisan atau tertulis, siswa dapat mengungkapkan pengetahuannya, ide-idenya tanpa diiringi oleh pembetulan oleh guru.
b. Fase Kedua: Fase Operasional. Fase mencari solusi atas masalah yang diajukan. Pencarian solusi dilakukan dengan bereksplorasi dari objek realistik yang disajikan, mengamati, memperagakan, mensimulasikan, meneliti, percobaan, untuk mendapatkan data-data yang dapat dianalisis, kemudian dapat diabstraksi sebagai pengetahuan atau struktur logis matematis. Yang dapat ditanamkan kepada siswa pada saat eksplorasi antara lain: alasan-alasan melakukan eksplorasi ide baru, mengenalkan konsep matematis.
c. Fase ketiga: Mediatif. Sebuah kegiatan yang dapat terintegrasi pada fase-fase lainnya, bergantung pada kondisi anak (individu atau kelompok)
d. Fase Keempat: Fase Reflektif. Fase reflektif dilakukan untuk mengungkapkan kembali pengalaman belajar individu sebelumnya dalam diskusi kelompok. Secara kooperatif dalam kelompok kecil siswa dapat berdialog, berkomunikasi, bertukar dan saling memperkuat ide-idenya.
e. Fase Kelima: Fase Penyusunan Persetujuan. Tahap mengonstruksi pengetahuan lebih lanjut dilakukan dengan refleksi dalam ruang lingkup kelas untuk melakukan pengujian dan penyusunan kembali pengetahuan matematikanya yang sudah dikonstruksi pada fase sebelumnya.
Secara ringkas, fase-fase dari sintaks pembelajaran dapat digambarkan Sa’dijah (2006) dalam bagan berikut:

(Sa’dijah, 2006:115)

C. Prosedur Pembelajaran
1. Metode dan Pendekatan
Metode pembelajaran merujuk pada aktivitas yang langsung dilakukan dalam membangun interaksi pebelajar dengan materi pelajaran. Bila ditinjau dari guru sebagai agen pembelajaran, metode pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru agar pebelajar berinteraksi dengan materi pelajaran. Sedangkan bila ditinjau dari pebelajar sebagai subjek belajar, metode pembelajaran dimaknai sebagai metode belajar, yakni cara yang ditempuh siswa dalam melakukan interaksi pebelajar dengan materi pelajaran.
Merujuk pada model pembelajaran matematika beracuan konstruktivisme, maka metode pembelajaran yang mendukung model tersebut adalah:
a. Metode penemuan (Discovery)
Metode ini memungkinkan siswa sendiri atau dibantu temannya atau bahkan guru berusaha menemukan pengetahuan baru atas materi yang dipelajarinya. Tentunya, pengetahuan baru itu bukanlah yang benar-benar baru, karena orang lain sudah mengetahuinya. Sehingga metode ini biasa disebut metode penemuan terbimbing (discovery).
Metode penemuan akan memberikan kesempatan lebih luas kepada pebelajar untuk membangun sendiri pengetahuan matematikanya tanpa banyak diberitahu oleh gurunya. Sesuai dengan prinsip konstruktivisme personal dan sosial, maka metode ini relevan dalam pembelajaran melalui penciptaan situasi sosial kooperatif, sehingga terjadi transfer belajar dari siswa berkemampuan lebih kepada yang kurang.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan metode penemuan adalah:
a) Guru harus bertindak sebagai pengarah atau pembimbing saja, bukan sebagai pemberi tahu.
b) Guru perlu memperhatikan pengetahuan prasyarat yang diperlukan bagi upaya belajar penemuan pengetahuan yang baru itu.
c) Semangat menemukan pengetahuan baru atau pengalaman belajar siswa harus dipelihara agar tidak cepat bosan.
d) Guru perlu menyediakan anak tangga menuju tingkatan pengetahuan barunya dengan menapak sendiri anak tangga tersebut.
b. Metode diskusi
Metode diskusi sangat relevan dan mendukung model pembelajaran matematika beracuan konstruktivisme dengan menggunakan bahan ajar berbasis konstruktivistik. Melalui aktivitas diskusi berarti ada interaksi antara guru dan siswa atau siswa dan siswa dalam membangun pemahaman bersama mengenai materi pelajaran. Metode diskusi memungkinkan setiap individu merefleksikan ide dan pikirannya atas temuan, pengalaman, konsep yang dimilikinya, sehingga semakin menyempurnakan pengetahuannya hingga didapatkan konsep yang lebih rinci dan ilmiah.
Penerapan metode diskusi akan memungkinkan terjadinya proses konstruksi pengetahuan lanjutan setelah melakukan konstruksi tahap awal melalui objek realistis dalam belajar penemuan. Metode diskusi memungkinkan beragamnya pengalaman belajar siswa dan dapat menambah kepercayaan dirinya diantara teman-teman dalam kelompok atau dalam kelas. Dengan demikian metode diskusi akan menyempurnakan hasil belajar siswa.
c. Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas sebagai pendukung model pembelajaran matematika beracuan konstruktivisme disarankan dengan konsep bahwa pebelajar yang konstruktivis akan banyak melakukan aktivitasnya dalam mengembangkan pengetahuan dan pengalamannya hingga tingkatan optimal. Melalui pemberian tugas, pebelajar akan meluangkan waktunya lebih banyak mengonstruksi pengetahuan dan pengalamannya sehingga penyimpanan informasi dalam memori jangka panjang lebih terjamin.
Pemberian tugas yang umum dilakukan guru dalam pembelajaran adalah tugas pekerjaan rumah mengerjakan soal-soal latihan. Ini dengan harapan dapat meningkatkan dan melatih pemahamannya dalam situasi yang berbeda dengan sebelumnya. Namun demikian, konstruksi pengetahuan akan lebih berarti lagi apabila pemberian tugas adalah tugas lainnya, seperti membuat produk tertentu dengan basis pengetahuan yang dipelajarinya, tugas proyek yang menuntut aktivitas investigasi dan pengumpulan data untuk kemudian menyusun laporan.
Selain metode pembelajaran yang ditinjau dari sisi guru sebagai agen pembelajaran dan siswa sebagai subjek belajar, hal penting yang disarankan dalam PMBK ini adalah pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan upaya ang ditempuh guru dalam menciptakan situasi belajar agar interaksi pebelajar dan materi pelajaran terjadi lebih intensif dan lebih mudah. Sesuai model pembelajaran PMBK, maka pendekatan pembelajaran yang diterapkan ini adalah pendekatan konstruktivism, yakni yang mendasarkan pada pandangan konstruktivisme
D. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaskanaan pembelajaran sebagai salah satu perangkat pembelajaran adalah imlementasi semua konsep pembelajaran dalam bentuk rencana yang sistematis dan mudah dipedomani dalam melaksanakan pembelajaran kelas. RPP disusun mengacu kepada Standar Proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah (Permendiknas No. 41 tahun 2007). Sesuai dengan petunjuk di dalamnya, maka RPP disusun dengan struktur sebagai berikut:
1) Identitas matapelajaran
2) Standar kompetensi
3) Kompetensi dasar
4) Indikator pencapaian kompetensi
5) Tujuan pembelajaran
6) Materi Ajar
7) Alokasi waktu
8) Strategi Pembelajaran: Metode, Pendekatan, dan Model Pembelajaran
9) Kegiatan pembelajaran, mencakup: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.
10) Penilaian hasil belajar
11) Sumber belajar.
RPP disusun dengan orientasi pembelajaran agar berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.
Secara rinci RPP untuk pembelajaran dengan model PMBK yang didukung bahan ajar berbasis konstruktivistik diuraikan dalam bagian di halaman-halaman berikutnya.
E. Penutup
Demikian uraian-uraian penting mengawali pelaksanaan pembelajaran matematika beracuan konstruktivisme dengan menggunakan bahan ajar berbasis konstruktivistik, dengan harapan dapat menjadi informasi yang bermanfaat dan dapat dipedomani. Selebihnya adalah tergantung kreatifitas bapak/Ibu guru dalam memaknai pedoman dan mengembangkannnya dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.
F. Daftar Bacaan
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Ditjen Dikti Proyek Pengembangan LPTK Depdiknas.
Depdiknas. 2006a. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 22 Tahun 2006, tentang Standar Isi Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 41 Tahun 2007, tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2008a. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, Dirjen Mandikdasmen, Depdiknas.
Depdiknas. 2008b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 2 tahun 2008 Tentang Buku. Jakarta: Depdiknas.
Freudenthal, Hans. 1991. Revisiting Mathematics Education. Netherlands: Kluwer Academic Publishers.
Hamzah. 2003. “Pembelajaran Matematika Menurut Teori Belajar Konstruktivisme.” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No.040-Januari 2003. Online (http://www.depdiknas.go.id), Download Tgl. 19-9-2007.
Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang Press.
Sa’dijah, Cholis. 2006. “Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Beracuan Konstruktivisme untuk Siswa SMP.” Jurnal Pendidikan Matematika MATHEDU PPs UNESA Vol. 1 No. 2, Juli 2006, Hal. 111 – 122.
Soedjadi, R.. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas.
Suherman, Erman dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Jumat, 11 Februari 2011

SILABUS PAI SMK

SILABUS

NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : X/1
STANDAR KOMPETENSI : Memahami Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Manusia dan Tugasnya sebagai Khalifah di Bumi.
KODE KOMPETENSI : 1. Al Quran
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
1.1 Membaca QS Al Baqarah: 30, Al-Mukminun: 12-14, Az-Zariyat: 56 dan Al HaJ : 5
• Mampu membaca Q.S Al-Baqarah; 30, Q.S. Al-Mukminun: 12-14, Q.S. Az-Zariyat: 56, dan Al Haj : 5 dengan fasih.
• Mampu mengidentifikasi tajwid Q.S Al-Baqarah; 30, Q.S. Al-Mukminun: 12-14, Q.S. Az-Zariyat: 56, dan Al Haj : 5 • Q.S. Al-Baqarah; 30
• Q.S. Al-Mukminun; 12-14
• Q.S. Az-Zariyat; 56
• Q.S. Al Haj : 5 • Membaca dengan fasih Q.S Al-Baqarah; 30, Q.S. Al-Mukminun: 12-14, Q.S. Az-Zariyat : 56, dan Al Haj : 5
• Mengidentifikasi tajwid Q.S Al-Baqarah; 30, Q.S. Al-Mukminun: 12-14, Q.S. Az-Zariyat: 56, dan AlHaj : 5 • Tugas Individu
• Tugas kelompok
• Pengamatan 3 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.
• Islam dan Kedokteran
1.2 Menyebutkan arti QS Al Baqarah: 30, Al-Mukminun: 12-14, Az-Zariyat: 56 dan Al-Haj : 5
• Mampu mengartikan masing-masing kata yang terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah: 30, Al-Mukminun; 12-14, Az-Zariyat; 56. dan Al-Haj : dengan benar
• Mampu mengartikan ayat Q.S. Al-Baqarah: 30, Al-Mukminun; 12-14, Az-Zariyat; 56. dan Al-Haj : 5
• Mampu menjelaskan kandungan QS Al Baqarah: 30, Al Mukminun : 12-14, Az-Zariyat: 56, dan Al-Haj : 5
• Q.S. Al-Baqarah; 30
• Q.S. Al-Mukminun; 12-14
• Q.S. Az-Zariyat; 56
• Q.S. Al-Haj : 5 • Mengartikan masing-masing kata yang terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah: 30, Al Mukminun; 12-14, Az-Zariyat; 56. dan Al Haj : 5
• Mengartikan ayat Q.S. Al-Baqarah: 30, Al Mukminun; 12-14, Az-Zariyat; 56. dan Al Haj :5
• Mendiskusikan arti dan kandungan Q.S. Al-Baqarah: 30, Al Mukminun; 12-14, Az-Zariyat; 56. dan Al Haj :5
• Tugas Individu
• Tugas kelompok
• Tes Tertulis 2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.
1.3 Menampilkan perilaku sebagai khalifah di bumi seperti terkandung dalam QS Al Baqarah: 30, Al-Mukminun: 12-14, Az-Zariyat: 56 dan Al Haj : 5
• Mampu mengidentifikasi perilaku khalifah dalam Q.S. Al-Baqarah;30, Al Mukminun;12-14, Az Zariyat;56, dan Al Haj : 5
• Mampu mempraktikkan perilaku khalifah sesuai dengan Q.S. Al-Baqarah;30, Al Mukminun;12-14, Az Zariyat;56, dan Al Haj : 5
• Mampu menunjukkan perilaku sebagai khalifah dalam kehidupan.
• QS. Al-Baqarah; 30
• QS. Al-Mukminun; 12-14
• QS. Az-Zariyat; 56
• QS. Al Haj : 5 • Mengidentifikasi perilaku Khalifah di bumi yang terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah;30, Al Mukminun;12-14, Az Zariyat;56, dan Al Haj : 5
• Mempraktikkan perilaku sebagai khalifah di bumi sesuai QS Al-Baqarah;30, Al Mukminun;12-14, Az Zariyat;56, dan Al Haj : 5
• Menunjukkan perilaku khalifah dalam kehidupan. • Perilaku individu
• Pengamatan
1 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.


NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : X/1
STANDAR KOMPETENSI : (Al Quran) Memahami Ayat-ayat Al-Quran tentang Keikhlasan dalam Beribadah.
KODE KOMPETENSI : 2
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
2.1 Membaca QS Al An’am: 162-163 dan Al-Bayyinah: 5
• Mampu membaca Q.S Al-An’am: 162-163 dengan baik dan benar
• Mampu membaca Q.S Al-Bayyinah: 5 dengan baik dan benar
• Mampu mengidentifikasi tajwid Q.S Al-An’am: 162-163
• Mampu mengidentifikasi tajwid Q.S Al Bayyinah: 5
• Q.S. Al-An’am; 162-163
• Q.S. Al-Bayyinah: 5 • Membaca dengan fasih Q.S Al-An’am: 162-163 dan Al Bayyinah: 5
• Mengidentifikasi tajwid Q.S Al-An’am: 162-163 dan Al Bayyinah : 5


• Tugas Individu
• Pengamatan
3 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku
• yang relevan.
2.2 Menyebutkan arti QS Al An’am: 162-163 dan Al-Bayyinah: 5 • Mampu mengartikan masing-masing kata yang terdapat dalam Q.S Al-An’am: 162-163
• Mampu mengartikan masing-masing kata yang terdapat dalam Q.S Al Bayyinah : 5
• Mampu mengartikan ayat Q.S Al-An’am: 162-163
• Mampu mengartikan ayat Q.S Al Bayyinah : 5
• Q.S. Al-An’am; 162-163
• Q.S. Al-Bayyinah; 5 • Mengartikan masing-masing kata yang terdapat dalam Q.S Al-An’am: 162-163 dan Al Bayyinah : 5
• Mengartikan ayat Q.S Al-An’am: 162-163 dan Al Bayyinah : 5
• Mendiskusikan terjemah Q.S Al-An’am: 162-163 dan Al Bayyinah : 5
• Tugas Individu
• Tugas kelompok
• Tes Tertulis 2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.
2.3 Menampilkan perilaku ikhlas dalam beribadah seperti terkandung dalam QS Al An’am: 162-163 dan Al-Bayyinah: 5 • Mampu mengidentifikasi perilaku ikhlas dalam beribadah sesuai dengan Q.S Al-An’am: 162-163
• Mampu mempraktikkan perilaku ikhlas dalam beribadah sesuai dengan Q.S Al-An’am: 162-163
• Mampu menerapkan perilaku ikhlas dalam beribadah sesuai dengan Q.S Al-An’am: 162-163
• Mampu mengidentifikasi perilaku ikhlas dalam beribadah sesuai dengan Q.S Al- Bayyinah : 5
• Mampu mempraktikkan perilaku ikhlas dalam beribadah sesuai dengan Q.S Al-Bayyinah : 5
• Mampu menerapkan perilaku ikhlas dalam beribadah sesuai dengtan Q.S Al-Bayyinah : 5 • Q.S. Al-An’am; 162-163
• Q.S. Al-Bayyinah; 5 • Mengidentifikasi perilaku ikhlas dalam beribadah sesuai dengan Q.S Al-An’am: 162-163 dan Al-Bayyinah: 5
• Mempraktikkan perilaku ikhlas dalam beribadah sesuai dengan Q.S Al-An’am: 162-163 dan Al-Bayyinah: 5
• Menerapkan perilaku ikhlas dalam beribadah sesuai dengan Q.S Al-An’am: 162-163 dan Al-Bayyinah : 5
• Perilaku individu
• Pengamatan
1 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.







NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : X/1
STANDAR KOMPETENSI : (Aqidah) Meningkatkan Keimanan kepada Allah melalui Pemahaman Sifat-sifatNya dalam Asmaul Husna.
KODE KOMPETENSI : 3
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
3.1 Menyebutkan 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna • Mampu menyebutkan arti sifat Allah.
• Mampu menyebutkan arti 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna • Asmaul Husna :
• - 10 Sifat Allah dalam Asmaul Husna • Membaca buku sumber yang berkaitan pengertian sifat-sifat Allah.
• Mendiskusikan arti 10 sifat Allah dalam asmaul husna. • Tugas Individu
• Tugas kelompok
• Tes Tertulis
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.
3.2 Menjelaskan arti 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna • Mampu menjelaskan arti 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna.
• Mampu menjabarkan 10 sifat Allah ke dalam sifat manusia
• Asmaul Husna :
• 10 Asmaul Husna dan artinya • Membaca buku sumber yang berkaitan dengan 10 sifat Allah dalam asmaul husna.
• Mendiskusikan arti 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna
• Menjabarkan arti 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna
• Tugas Individu
• Tugas kelompok
• Tes Tertulis
2 • Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.

3.3 Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna
• Mampu mempraktikkan sifat-sifat Allah yang sepatutnya bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari.
• Mampu menerapkan perilaku yang mencerminkan penghayatan terhadap 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna
• Perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap 10 Asmaul Husna • Mempraktikkan sifat-sifat Allah yang sepatutnya bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari.
• Menerapkan prilaku yang mencerminkan sifat-sifat Allah yang sepatutnya bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. • Tugas Individu
• Pengamatan
2 • Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.

NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : X/1
STANDAR KOMPETENSI : (Akhlaq) Membiasakan perilaku terpuji.
KODE KOMPETENSI : 4
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
4.1 Menyebutkan pengertian perilaku husnuzhan • Mampu menyebutkan pengertian husnu zhan terhadap Allah
• Mampu menyebutkan pengertian husnu zhan terhadap diri sendiri.
• Mampu menyebutkan pengertian husnu zhan terhadap sesama manusia.
• Husnuzhan :
• Pengertian Perilaku Husnuzhan • Mendiskusikan pengertian perilaku husnu zhan.
• Mengidentifikasi prilaku-prilaku yang berkaitan dengan husnuzhan. • Tugas Individu
• Tugas kelompok
• Tes Tertulis
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.
4.2 Menyebutkan contoh-contoh perilaku husnuzhan terhadap Allah, diri sendiri dan sesama manusia • Mampu menyebutkan contoh husnu zhan terhadap Allah
• Mampu menyebutkan contoh husnu zhan terhadap diri sendiri.
• Mampu menyebutkan contoh husnu zhan terhadap sesama manusia.
• Husnuzhan : Contoh perilaku husnu zhan terhadap Allah, diri sendiri dan sesama manusia.
• Mendiskusikan contoh-contoh perilaku husnu dzan terhadap Allah.
• Mendiskusikan contoh-contoh perilaku husnuzhan terhadap diri sendiri.
• Mendiskusikan contoh-contoh perilaku husnuzhan terhadap sesama manusia.


• Tugas Individu
• Tugas kelompok
• Pengamatan
1
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.
4.3 Membiasakan perilaku husnuzhan dalam kehidupan sehari-hari • Menunjukkan sikap husnu zhan terhadap Allah
• Menunjukkan sikap husnu zhan terhadap diri sendiri.
• Menunjukkan sikap husnu zhan terhadap sesama manusia.
• Husnuzhan : Perilaku Husnuzhan dalam kehidupan sehari-hari. • Mempraktikkan contoh-contoh perilaku husnuzhan terhadap Allah.
• Mempraktikkan contoh-contoh perilaku husnuzhan terhadap diri sendiri.
• Mempraktikkan contoh-contoh perilaku husnuzhan terhadap sesama manusia.
• Tugas Individu
• Tugas kelompok
• Pengamatan
1
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.








NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : X/1
STANDAR KOMPETENSI : (Fiqih) Memahami Sumber Hukum Islam, Hukum Taklifi, dan Hikmah Ibadah.
KODE KOMPETENSI : 5
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
5.1 Menyebutkan pengertian, kedudukan dan fungsi Al Qur’an, Al Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam • Mampu menyebutkan pengertian Al-Quran, Al-Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam
• Mampu menjelaskan kedudukan Al-Quran, Al-Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam
• Mampu menjelaskan fungsi Al-Quran, Al-Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam.
• Mampu menjelaskan fungsi Al-Hadits terhadap Al-Quran.
• Mampu menjelaskan macam-macam Al-Hadits.
• Sumber hukum Islam:
o Al-Quran
- Pengertian
- Kedudukan
- Fungsi
o Al-Hadits
- Pengertian
- Kedudukan
- Fungsi
o Ijtihad
- Pengertian
- Kedudukan
- Fungsi • Mendiskusikan pengertian, kedudukan dan fungsi Al-Quran sebagai sumber hukum Islam.
• Mendiskusikan pengertian, kedudukan dan fungsi Al-Hadits sebagai sumber hukum Islam.
• Mendiskusikan pengertian, kedudukan dan fungsi Ijtihad sebagai sumber hukum Islam. • Tugas Individu
• Tugas kelompok
• Tes Tertulis
2
• Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.
• Internet.
5.2 Menjelaskan pengertian, kedudukan, dan fungsi hukum taklifi dalam hukum Islam • Menjelaskan pengertian hukum taklifi dalam hukum Islam
• Menjelaskan kedudukan hukum taklifi dalam hukum Islam
• Menjelaskan fungsi hukum taklifi dalam hukum Islam. • Hukum Taklifi :
o Pengertian hukum taklifi.
o Kedudukan hukum taklifi.
o Fungsi Hukum Taklifi dalam Hukum Islam • Mendiskusikan pengertian hukum taklifi dalam hukum Islam
• Mendiskusikan kedudukan hukum taklifi dalam hukum Islam
• Mendiskusikan fungsi hukum taklifi dalam hukum Islam
• Tugas Individu
• Tugas kelompok Tes Tertulis
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.
• Internet
5.3 Menjelaskan pengetrian dan hikmah ibadah • Mampu menjelaskan pengertian ibadah
• Mampu menjelaskan hikmah ibadah • Pengertian dan hikmah ibadah • Mendiskusikan pengertian ibadah
• Mendiskusikan hikmah ibadah
• Tugas Individu
• Tugas kelompok
• Tes Tertulis
1 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.
• Internet
5.4 Menerapkan hukum taklifi dalam kehidupan sehari-hari • Mampu menunjukkan contoh-contoh perilaku sesuai hukum taklifi.
• Mampu mempraktikkan contoh-contoh perilaku yang sesuai dengan hukum taklifi.
• Mampu menerapkan perilaku yang sesuai dengan hukum taklifi
• Hukum taklifi :
o Penerapan hukum taklifi dalam kehidupan sehari-hari. • Mendiskusikan contoh-contoh perilaku yang sesuai dengan hukum taklifi.
• Mempraktikkan perilaku yang sesuai dengan hukum taklifi.
• Menerapkan perilaku yang sesuai dengan hukum taklifi. • Tugas Individu
• Tugas kelompok
• Lembar pengamatan

1 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.














NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : X/1
STANDAR KOMPETENSI : (Tarikh dan Peradaban Islam) Memahami Keteladalan Rasulullah dalam Membina Umat Periode Mekkah.
KODE KOMPETENSI : 6
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
6.1 Menceritakan sejarah dakwah Rasulullah SAW periode Mekkah
• Mampu menceritakan sejarah dakwah Rasulullah pada periode Mekkah.
• Mampu menjelaskan pengaruh dakwah Rasulullah SAW terhadap umat.
• Mampu menunjukkan keteladanan yang dapat diambil dari cara dakwah Rasulullah. • Keteladanan Rasulullah SAW :
o Dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekkah. • Mengumpulkan kisah-kisah dakwah Rasulullah pada periode Mekkah
• Mendiskusikan dalam kelompok tentang sejarah dakwah Rasulullah SAW periode Mekkah
• Presentasi hasil diskusi kelompok tentang dakwah Rasulullah periode Mekkah.
• Tugas kelompok
• Pengamatan
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.
6.2 Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Makkah
• Mampu menjelaskan substansi dakwah Rasulullah periode Makkah.
• Mampu menjelaskan strategi dakwah Rasulullah periode Makkah. • Keteladanan Rasulullah SAW :
o Substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Makkah • Mendiskusikan dalam kelompok tentang substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Makkah
• Presentasi hasil diskusi kelompok tentang substansi dan strategi dakwah Rasulullah periode Makkah.
• Tugas kelompok
• Pengamatan
2 • Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.



NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : X/1
STANDAR KOMPETENSI : (Al Quran) Memahami Ayat-ayat Al Qur’an tentang Demokrasi.
KODE KOMPETENSI : 7
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
7.1 Membaca QS Ali Imran: 159 dan QS Asy Syura: 38 • Mampu membaca Q.S. Ali Imran : 159 dan Asy-Syura : 38 dengan baik dan benar.
• Mampu mengidentifikasi tajwid Q.S. Ali Imran : 159 dan Asy-Syura : 38. • QS Ali Imran : 159
• QS Asy-Syura : 38 • Membaca dengan fasih QS Ali Imran: 159 dan Asy-Syura: 38
• Mengidentifikasi tajwid Q.S. Ali Imran : 159 dan Asy-Syura : 38
• Tugas Individu
• Pengamatan
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.
7.2 Menyebutkan arti QS Ali Imran 159: dan QS Asy Syura: 38 • Mampu menyebutkan arti Q.S. Ali Imran; 159 dan Asy-Syura; 38
• Mampu menyimpulkan isi kandungan Q.S. Ali Imran; 159 dan Asy-Syura; 38
• Mampu mengidentifikasi ciri-ciri orang yang demokratis sesuai dengan QS Ali Imran: 159 dan Asy- Syura: 38.
• QS. Ali Imran: 159
• QS. Asy-Syura; 38 • Menyebutkan arti masing-masing kata yang terdapat dalam Q.S. Ali Imran : 159 dan Asy Syura: 38.
• Menyebutkan arti -ayat Q.S. Ali Imran : 159 dan Asy Syura: 38.
• Mendiskusikan terjemah Q.S. Ali Imran : 159 dan Asy Syura: 38.
• Tugas Individu
• Tugas kelompok
• Tes Tertulis
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.
7.3 Menampilkan perilaku hidup demokratis seperti terkandung dalam QS Ali Imran;159, dan QS Asy Syura: 38 dalam kehidupan sehari-hari
• Mampu menunjukkan perilaku yang demokratis seperti yang terkandung dalam QS Ali Imran;159
• Mampu menunjukkan perilaku yang demokratis seperti yang terkandung dalam Q.S. Asyura; 38
• Mampu menunjukkan manfaat perilaku demokratis dalam kehidupan bermasyarakat. • QS Ali Imran ayat 159.
• QS Asy-Syura : 38 • Mengidentifikasi perilaku demokratis yang terdapat dalam Q.S. Ali Imran : 159 dan Asy-Syura : 38
• Mempraktikkan perilaku demokratis yang terdapat dalam Q.S. Ali Imran : 159 dan Asy-Syura : 38
• Menunjukkan perilaku demokratis yang terdapat dalam Q.S. Ali Imran : 159 dan Asy-Syura : 38
• Perilaku Individu
• Pengamatan
2
• Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.



NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : X/2
STANDAR KOMPETENSI : (Aqidah) Meningkatkan Keimanan kepada Malaikat.
KODE KOMPETENSI : 8
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
8.1 Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Malaikat
• Mampu menjelaskan pengertian beriman kepada Malaikat
• Mampu menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Malaikat.
• Beriman kepada Malaikat :
• Tanda-tanda beriman kepada Malaikat. • Mendiskusikan tentang pengertian beriman kepada Malaikat
• Mendiskusikan tanda-tanda beriman kepada Malaikat • Tugas Individu
• Tugas kelompok
• Tes Tertulis
2
• Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.
8.2 Menampilkan contoh-contoh perilaku beriman kepada Malaikat
• Menjelaskan contoh-contoh perilaku beriman kepada Malaikat
• Mampu menampilkan contoh-contoh perilaku beriman kepada malaikat. • Beriman kepada Malaikat :
• Contoh-contoh perilaku beriman kepada malaikat • Mendiskusikan contoh-contoh perilaku beriman kepada Malaikat
• Mendiskusikan ciri-ciri orang beriman kepada Malaikat.
• Tugas Individu
• Tugas kelompok
• Pengamatan 1 • Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.
8.3 Menampilkan perilaku sebagai cerminan beriman kepada Malaikat dalam kehidupan sehari-hari
• Mampu menampilkan perilaku mulia sebagai cerminan iman kepada malaikat.
• Membedakan orang yang beriman dan tidak beriman kepada Malaikat • Beriman kepada Malaikat :
o Perilaku yang mencerminkan beriman kepada malaikat • Mendiskusikan perilaku yang merupakan cerminan beriman kepada malaikat
• Mendiskusikan perbedaan orang beriman dan orang tidak beriman kepada Malaikat.
• • Perilaku Individu
• Pengamatan
1 • Buku PAI kelas X.
Buku-buku yang relevan.




NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : X/2
STANDAR KOMPETENSI : (Akhlaq) Membiasakan perilaku terpuji.
KODE KOMPETENSI : 9
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU
SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
9.1 Menjelaskan pengertian adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan atau menerima tamu.
• Menjelaskan pengertian adab dalam berpakaian.
• Menjelaskan pengertian adab dalam berhias
• Menjelaskan pengertian adab dalam perjalanan.
• Menjelaskan pengertian adab dalam bertamu dan menerima tamu
Pengertian:
• Adab dalam berpakaian.
• Adab dalam berhias
• Adab dalam perjalanan
• Adab dalam bertamu dan menerima tamu
• Mendiskusikan pengertian adab dalam berpakaian
• Mendiskusikan pengertian adab dalam berhias
• Mendiskusikan pengertian adab dalam perjalanan dan bertamu atau menerima tamu. • Tugas Individu
• Tugas kelompok
• Tes Tertulis
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.
9.2 Menampilkan contoh-contoh adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu atau menerima tamu.
• Mampu menunjukkan contoh adab dalam berpakaian.
• Mampu menunjukkan contoh adab dalam berhias.
• Mampu menunjukkan contoh adab dalam perjalanan
• Mampu menunjukkan adab dalam bertamu dan menerima tamu.
Contoh-contoh adab dalam :
• berpakaian
• berhias
• perjalanan
• bertamu atau menerima tamu. • Menampilkan contoh-contoh adab dalam berpakaian
• Menampilkan contoh-contoh dalam berhias
• Menampilkan contoh-contoh dalam perjalanan
• Menampilkan contoh-contoh bertamu atau menerima tamu. • Tugas Individu
• Pengamatan
2 • Al Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan
9.3 Mempraktikkan adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan atau menerima tamu dalam kehidupan sehari-hari
• Mampu mempraktikkan perilaku yang baik dan benar dalam berpakaian
• Mampu mempraktikkan perilaku yang baik dan benar dalam berhias
• Mampu mempraktikkan perilaku yang baik dan benar dalam perjalanan
• Mampu mempraktikkan perilaku yang baik dan benar dalam bertamu dan menerima tamu.
Praktik adab dalam:
• Berpakaian
• Berhias
• Perjalanan
• Bertamu dan atau menerima tamu. • Mempraktikkan adab dalam berpakaian.
• Mempraktikkan adab dalam berhias.
• Mempraktikkan adab dalam perjalanan.
• Mempraktikkan adab dalam bertamu atau menerima tamu.
• Perilaku Individu
• Pengamatan 2 • Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.



NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : X/2
STANDAR KOMPETENSI : (Akhlaq) Menghindari Perlikaku Tercela.
KODE KOMPETENSI : 10
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
10.1 Menjelaskan pengertian hasud, riya, aniaya dan diskriminasi
• Mampu menjelaskan pengertian hasud
• Mampu menjelaskan pengertian riya.
• Menjelaskan pengertian riya.
• Menjelaskan pengertian diskriminasi • Perilaku Tercela :
• Pengertian Hasud
• Pengertian Riya
• Pengertian Aniaya
• Pengertian Diskriminasi. • Mendiskusikan pengertian hasud.
• Mendiskusikan pengertian riya.
• Mendiskusikan pengertian aniaya.
• Mendiskusikan pengertian diskriminasi. • Tugas Individu
• Tugas kelompok
• Tes Tertulis
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.
• Internet.
10.2 Menyebutkan contoh perilaku hasad, riya, aniaya dan diskriminasi.
• Mampu menyebutkan contoh perilaku hasad
• Mampu menyebutkan contoh perilaku riya
• Mampu menyebutkan contoh perilaku aniaya
• Mampu menyebutkan contoh perilaku diskriminasi
Contoh-contoh perilaku tercela :
• Hasad
• Riya
• Aniaya
• diskriminasi • Mendiskusikan contoh-contoh perilaku hasad.
• Mendiskusikan contoh-contoh perilaku riya.
• Mendiskusikan contoh-contoh perilaku aniaya.
• Mendiskusikan contoh-contoh perilaku diskriminasi. • Tugas Individu Tugas kelompok
• Pengamatan
2 • Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.
10.3 Menghindari perilaku hasad, riya, aniaya dan diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari.
• Mampu menghindari perilaku hasad.
• Mampu menghindari perilaku riya.
• Mampu menghindari perilaku aniaya.
• Mampu menghindari perilaku diskriminasi.
• Mampu berperilaku yang mencerminkan sikap menghargai hak orang lain. Menghindari perilaku:
• Hasad
• Riya
• Aniaya
• diskriminasi • Mendiskusikan cara-cara menghindari perilaku hasad.
• Mendiskusikan cara-cara menghindari perilaku riya.
• Mendiskusikan cara-cara menghindari perilaku aniaya.
• Mendiskusikan cara-cara menghindari perilaku diskriminasi.
• Tugas Individu
• Tes Tertulis
2 • Buku PAI kelas X
• Buku-buku yang relevan.

NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : X/2
STANDAR KOMPETENSI : (Fiqih) Memahami Hukum Islam tentang Infaq, Zakat, Haji dan Waqaf.
KODE KOMPETENSI : 11
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
11.1 Menjelaskan perundang-undangan tentang pengelolaan infaq, zakat, haji dan wakaf
• Menjelaskan perundang-undangan tentang pengelolaan infaq.
• Menjelaskan perundang-undangan tentang pengelolaan zakat.
• Menjelaskan perundang-undangan tentang pengelolaan haji.
• Mampu menjelaskan tentang manasik haji.
• Menjelaskan perundang-undangan tentang pengelolaan wakaf.
• Menjelaskan ketentuan syar’i tentang zakat, haji dan wakaf.
Perundang-undangan tentang pengelolaan :
• Infaq
• Zakat
• Haji
• Wakaf. • Mendiskusikan perundang-undangan tentang pengelolaan ifaq
• Mendiskusikan perundang-undangan tentang pengelolaan zakat.
• Mendiskusikan perundang-undangan tentang pengelolaan haji.
• Mendiskusikan tentang manasik haji.
• Mendiskusikan perundang-undangan tentang pengelolaan wakaf.
• Tugas Individu
• Tugas kelompok
• Tes Tertulis
3 • Buku PAI kelas X
• Buku-buku yang relevan.
• Buku UU tentang zakat dan wakaf
• Panduan Manasik Haji
• Internet.
11.2. Menyebutkan contoh-contoh pengelolaan infaq, zakat, haji dan wakaf
• Mampu menyebutkan contoh pengelolaan infaq
• Mampu menyebutkan contoh pengelolaan zakat
• Mampu menyebutkan contoh pengelolaan haji
• Mampu menyebutkan contoh pengelolaan wakaf Contoh-contoh pengelolaan :
• Infaq
• Zakat
• Haji
• Wakaf. • Mendiskusikan contoh pengelolaan infaq
• Mendiskusikan contoh pengelolaan zakat.
• Mendiskusikan contoh pengelolaan haji.
• Mendiskusikan contoh pengelolaan wakaf
• Tugas Individu
• Tugas kelompok
• Tes Tertulis
2 • Buku PAI kelas X
• Buku-buku yang relevan.
• Internet.



11.3 Menerapkan ketentuan perundang-undangan tentang pengelolaan infaq, zakat, haji dan waqaf.
• Mampu menerapkan ketentuan perundang-undangan tentang infaq.
• Mampu menerapkan ketentuan perundang-undangan tentang zakat
• Mampu menerapkan ketentuan perundang-undangan tentang haji.
• Mampu menerapkan ketentuan perundang-undangan tentang wakaf.
Ketentuan perundang-undangan tentang pengelolaan :
• Infaq
• Zakat
• Haji
• Wakaf. • Mendiskusikan penerapan ketentuan perundang-undangan tentang pengelolaan infaq.
• Mendiskusikan penerapan ketentuan perundang-undangan tentang pengelolaan zakat.
• Mendiskusikan penerapan ketentuan perundang-undangan tentang pengelolaan haji.
• Mendiskusikan penerapan ketentuan perundang-undangan tentang pengelolaan wakaf.
• Tugas Individu
• Pengamatan
1
• Buku Undang-undang tentang zakat, haji, dan wakaf
• Internet.


NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : X/2
STANDAR KOMPETENSI : (Tarikh dan Peradaban Islam) Memahami Keteladanan Rasulullah SAW dalam Membina Umat Periode Madinah.
KODE KOMPETENSI : 12
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
12.1. Menceritakan sejarah dakwah Rasulullah periode Madinah
• Mampu menunjukkan koleksi kisah-kisah perjuangan Rasulullah pada periode Madinah.
• Mampu menjelaskan latar belakang hijrah Rasulullah ke Madinah.
• Mampu menjelaskan sejarah dakwah Rasulullah pada periode Madinah.
• Mampu menunjukkan profil dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah.
• Keteladanan Rasulullah SAW:
• Sejarah dakwah Rasulullah periode Madinah. • Mengumpulkan kisah-kisah dakwah Rasulullah pada periode Madinah.
• Mendiskusikan dalam kelompok tentang sejarah dakwah Rasulullah SAW periode Madinah.
• Presentasi hasil diskusi kelompok tentang dakwah Rasulullah periode Madinah.
• Tugas Ind
• ividuTugas kelompo
• Tes Tertulis
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.
12.2 Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah
• Menjelaskan substansi dakwah Rasulullah periode Madinah.
• Menjelaskan strategi dakwah Rasulullah periode Madinah.
• Mampu meneladani substansi dan strategi dakwah Rasulullah periode Madinah.
• Mampu menjelaskan keberhasilan yang diperoleh Rasulullah dakwahnya pada periode Madinah Keteladanan Rasulullah SAW:
• Substansi dan Strategi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah • Mendiskusikan dalam kelompok tentang substansi danstrategi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah.
• Presentasi hasil diskusi kelompok tentang substansi dan strategi dakwah Rasulullah periode Madinah.
• Meneladani sustansi strategi dakwah Rasulullah periode Madinah.
• Tugas Individu
• Tugas kelompok
• Tes Tertulis Pengamatan

2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas X.
• Buku-buku yang relevan.

NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : X/2
STANDAR KOMPETENSI : (Al Quran) Memahami Ayat-ayat Al Quran tentang Kompetisi dalam Kebaikan.
KODE KOMPETENSI : 13
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
Al Qur’an
13.1 Membaca QS Al Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32
• Mampu membaca Q.S. Al Baqarah : 148 dan Fatir : 32 dengan baik dan benar
• Mampu mengidentifikasi tajwid Q.S. Al Baqarah : 148 dan Fatir : 32 dengan baik dan benar.
• Mampu membuat contoh kata sesuai hukum tajwid.

• Q.S. Al Baqarah:148
• Q.S. Fatir: 32
• Membaca dengan fasih Q.S. Al Baqarah : 148 dan Fatir : 32.
• Mengidentifikasi tajwid Q.S. Al Baqarah : 148 dan Fatir : 32.
Tugas Individu

Pengamatan
3
Al-Quran dan terjemah.
Buku PAI kelas XI.
Buku-buku yang relevan.
13.2 Menjelaskan arti QS Al Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32
• Mampu mengartikan setiap kata yang terdapat dalam Q.S Al Baqarah : 148 dan Fatir : 32 dengan baik dan benar.
• Mampu mengartikan ayat Q.S. Al Baqarah : 148 dan Fatir : 32.
• Mampu menterjemahkan Q.S. Al Baqarah : 148 dan Fatir : 32
• Mampu menyimpulkan intisari QS Al Baqarah: 148 dan Fatir: 32.

• Q.S. Al Baqarah:148
• Q.S. Fatir: 32 • Mengartikan setiap kata yang terdapat dalam Q.S Al Baqarah : 148 dan Fatir : 32.
• Mengartikan ayat Q.S. Al Baqarah : 148 dan Fatir : 32
• Mendiskusikan terjemah QS Al Baqarah : 148 dan Fatir : 32 • Tugas Individu
• Tugas kelompok
• Tes Tertulis
1 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.
13.3 Menampilkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti terkandung dalam QS Al Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32
• Mampu mengidentifikasi perilaku berkompetisi dalam kebaikan sesuai dengan QS Al Baqarah: 148 dan Fatir: 32
• Mampu mempraktikkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti yang terkandung dalam QS Al Baqarah: 148 dan Fatir : 32.
• Mampu menunjukkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti yang terkandung dalam QS Al Baqarah: 148 dan Fatir : 32.
• QS Al Baqarah:148
• QS Fatir : 32 • Mengidentifikasi perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti yang terkandung dalam QS Al Baqarah: 148 dan Fatir : 32.
• Mempraktikkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti yang terkandung dalam QS Al Baqarah: 148 dan Fatir : 32.
• Menunjukkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti yang terkandung dalam QS Al Baqarah: 148 dan Fatir : 32.
• Tugas Individu
• Pengamatan
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.


NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : X/2
STANDAR KOMPETENSI : (Al Quran) Memahami ayat-ayat Al Quran tentang perintah menyantuni kaum dhu’afa
KODE KOMPETENSI : 14
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
14.1 Membaca QS Al Isra: 26–27 dan QS Al-Baqarah: 177
• Mampu membaca Q.S. Al Isra : 26-27 dan Al Baqarah : 177 dengan baik dan benar
• Mampu mengidentifikasi tajwid Q.S. Al Isra : 26-27 dan Al Baqarah : 177
• Mampu membuat contoh kalimat sesuai dengan hukum tajwid.
• Al Quran Surat Al Isra : 26-27
• Al Quran Surat Al Baqarah : 177 • Membaca Q.S. Al Isra : 26-27 dan Al Baqarah : 177
• Mengidentifikasi tajwid Q.S. Al Isra : 26-27 dan Al Baqarah : 177 • Tugas Individu
• Lembar pengamatan
3 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku
yang relevan.
14.2 Menjelaskan arti QS Al-Isra: 26-27 dan QS Al Baqarah: 177
• Mampu mengartikan per-kata Q.S. Al Isra : 26-27 dan Al Baqarah : 177
• Mampu mengartikan per-ayat Q.S. Al Isra : 26-27 dan Al Baqarah : 177
• Mampu mendiskusikan terjemah Q.S. Al Isra : 26-27 dan Al Baqarah : 177 • QS Al Isra : 26-27
• QS Al Baqarah : 177 • Mengartikan per-kata Q.S. Al Isra : 26-27 dan Al Baqarah : 177
• Mengartikan per-ayat Q.S. Al Isra : 26-27 dan Al Baqarah : 177
• Mendiskusikan kandungan Q.S. Al Isra : 26-27 dan Al Baqarah : 177
• Tugas Individu
• Tugas kelompok
• Tes Tertulis
1
• Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.
14.3 Menampilkan perilaku menyantuni kaum du’afa seperti terkandung dalam QS Al-Isra: 26-27 dan QS Al Baqarah: 177
• Mampu mengidentifikasi perilaku menyantuni kaum dhu’afa seperti yang terkandung dalam Q.S. Al Isra : 26-27 dan Al Baqarah : 177
• Mampu mempraktikkan perilaku menyantuni kaum dhu’afa seperti yang terkandung dalam Q.S. Al Isra : 26-27 dan Al Baqarah : 177
• Mampu menunjukkan perilaku menyantuni kaum dh’afa seperti yang terkandung dalam Q.S. Al Isra : 26-27 dan Al Baqarah : 177
• Al Quran Surat Al Isra: 26-27
• Al Quran Surat Al Baqarah: 177 • Mengidentifikasi perilaku menyantuni kaum dhu’afa seperti yang terkandung dalam Q.S. Al Isra : 26-27 dan Al Baqarah : 177
• Mempraktikkan perilaku menyantuni kaum dhu’afa seperti yang terkandung dalam Q.S. Al Isra : 26-27 dan Al Baqarah : 177
• Menunjukkan perilaku menyantuni kaum dhu’afa seperti yang terkandung dalam Q.S. Al Isra : 26-27 dan Al Baqarah : 177
• Tugas Individu
• Pengamatan
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.












NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XI/1
STANDAR KOMPETENSI : (Aqidah) Meningkatkan Keimanan kepada Rasul-rasul Allah.
KODE KOMPETENSI : 15
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
15.1 Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah
• Mampu menjelaskan tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah.
• Mampu mengidentifikasi tanda-tanda beriman kepada rasul-rasul Allah.
• Mampu menjelaskan sikap beriman kepada Rasul-rasul Allah. • Beriman kepada Rasul-rasul Allah :
• -Tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah • Mendiskusikan dalam kelompok tentang tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah.
• Mempresentasikan hasil diskusi tentang tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah
• Tugas individu
• Tes Tertulis.
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.
15.2 Menunjukkan contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah
• Mampu menjelaskan contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah.
• Mampu mengidentifikasi contoh-contoh beriman kepada Rasul-rasul Allah.
• Mampu mengidentifikasi sifat-sifat mulia para Rasul Allah. • Beriman kepada Rasul-rasul Allah :
• Contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah • Mendiskusikan contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah.
• Mempresentasikan hasil diskusi tentang contoh-contoh beriman kepada rasul-rasul Allah.
• Mengidentifikasi contoh-contoh beriman kepada Rasul-rasul Allah.
• Tugas individu
• Tes Tertulis
1 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.
15.3 Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah dalam kehidupan sehari-hari
• Mampu menunjukkan perilaku yang mencerminkan beriman kepada rasul-rasul Allah
• Mampu meneladani sifat mulia Rasul-rasul Allah
• Mampu mengaplikasikan sifat-sifat para Rasul Allah dalam kehidupan sehari-hari. • Beriman kepada Rasul-rasul Allah :
• Perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah dalam kehidupan sehari-hari. • Mengidentifikasi perilaku yang mencerminkan beriman kepada Rasul-rasul Allah.
• Mempraktikkan perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah dalam pembelajaran.
• Meneladani sifat mulia Rasul-rasul Allah.
• Tugas individu
• Pengamatan
1 • Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.


NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Salatiga
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XI/1
STANDAR KOMPETENSI : (Akhlaq) Membiasakan Perilaku Terpuji.
KODE KOMPETENSI : 16
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
16.1 Menjelaskan pengertian taubat dan raja`
• Mampu menjelaskan pengertian taubat
• Mampu menjelaskan syarat-syarat bertaubat.
• Mampu menjelaskan pengertian raja’
• Mampu menjelaskan kenapa kita harus berharap kepada Allah.
Taubat dan Raja’ :
• Pengertian Taubat
• Pengertian Raja’ • Mendiskusikan pengertian taubat .
• Mempresentasikan hasil diskusi tentang pengertian taubat
• Mendiskusikan pengertian raja’.
• Mempresentasikan hasil diskusi tentang pengertian raja’.

• Tugs individu
• Tes Tertulis
2
• Buku PAI kelas XI.
• Internet.
• Buku-buku yang relevan.
16.2 Menampilkan contoh-contoh perilaku taubat dan raja`
• Mampu menunjukkan contoh-contoh perilaku taubat
• Mampu menunjukkan contoh-contoh perilaku raja’
Taubat dan Raja’ :
• Contoh Perilaku Taubat
• Contoh Perilaku Raja’ • Mempraktikkan contoh-contoh perilaku taubat.
• Menunjukkan contoh-contoh perilaku taubat.
• Mempraktikkan contoh-contoh perilaku raja’.
• Menunjukkan contoh-contoh perilaku raja’.
• Tugas individu
• Pengamatan
2
• Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.
16.3 Membiasakan perilaku bertaubat dan raja` dalam kehidupan sehari hari
• Terbiasa berperilaku bertaubat dalam kehidupan sehari-hari.
• Terbiasa berperilaku raja’ dalam kehidupan sehari-hari. • Pembiasaan Taubat dan Raja’ dalam kehidupan sehari-hari. • Membiasakan raja’ dalam keseharian.
• Membiasakan taubat dalam keseharian. • Tugas individu
• Pengamatan
2
• Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.


NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XI/1
STANDAR KOMPETENSI : (Fiqih) Memahami Hukum Islam tentang Mu’amalah.
KODE KOMPETENSI : 17
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
17.1 Menjelaskan asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam
• Mampu menjelaskan ketentuan hukum jual beli.
• Mampu mengemukakan dalil tentang jual beli.
• Menjelaskan hukum jual beli sesuai syariah.
• Menjelaskan macam-macam jual beli. • Transaksi Ekonomi dalam Islam :
- Asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam • Mendiskusikan asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam dalam kelompok.
• Mempresentasikan hasil diskusi kelompok tentang asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam.
• Tugas Individu
• Tes Tertulis
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.
• Internet.
17.2 Memberikan contoh transaksi ekonomi dalam Islam • Mampu memberikan contoh-contoh transaksi ekonomi dalam Islam.
• Mempraktekkan tentang transaksi ekonomi dalam Islam
• Menyebutkan contoh jual beli yang terlarang menurut Islam. • Transaksi Ekonomi dalam Islam :
- Contoh-contoh transaksi ekonomi dalam Islam. • Mendiskusikan contoh-contoh transaksi ekonomi dalam Islam
• Melakukan simulasi tentang transaksi ekonomi dalam Islam
• Melakukan kunjungan ke bank syari’ah. • Tugas Individu
• Tes Tertulis
2 • Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.

17.3 Menerapkan transaksi ekonomi Islam dalam kehidupan sehari-hari
• Mampu menerapkan transaksi ekonomi Islam dalam jual beli
• Mampu menerapkan transaksi ekonomi Islam dalam simpan pinjam
• Mampu menerapkan transaksi ekonomi Islam dalam sewa menyewa
• Penerapan transaksi ekonomi dalam Islam • Mendiskusikan tentang transaksi ekonomi Islam dalam jual beli
• Mendiskusikan tentang transaksi ekonomi Islam dalam simpan pinjam
• Mendiskusikan tentang transaksi ekonomi Islam dalam sewa menyewa
• Tugas kelompok
• Pengamatan
2 • Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.


NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XI/1
STANDAR KOMPETENSI : (Tarikh dan Peradaban Islam) Memahami Perkembangan Islam pada Abad Pertengahan.
KODE KOMPETENSI : 18
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
18.1 Menjelaskan perkembangan Islam pada abad pertengahan
• Mampu menjelaskan perkembangan Islam di bidang ilmu pengetahuan dan peradaban pada abad pertengahan.
• Mampu menjelaskan manfaat dari sejarah perkembangan Islam pada abad pertengahan
• Perkembangan Islam pada abad pertengahan. • Mendiskusikan perkembangan Islam di bidang ilmu pengetahuan dan peradaban pada abad pertengahan .
• Diskusi dan tanya jawab tentang manfaat dari perkembangan Islam pada abad pertengahan
• Tugas individu
• Tugas kelompok
• Tes Tertulis
2
Buku PAI kelas XI.
Buku-buku yang relevan.
Internet.
18.2 Menyebutkan contoh peristiwa perkembangan Islam pada abad pertengahan
• Mampu menyebutkan beberapa contoh peristiwa perkembangan Islam pada abad pertengahan.
• Mampu menjelaskan manfaat dari contoh peristiwa perkembangan Islam pada abad pertengahan • Contoh peristiwa perkembangan Islam pada abad pertengahan. • Mengidentifikasi dari peristiwa perkembangan Islam pada abad pertengahan.
• Mendiskusikan contoh-contoh peristiwa perkembangan Islam pada abad pertengahan.
• Tugas individu
• Tugas kelompok
• Tes Tertulis
2 • Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.
• Internet.









NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XI/1
STANDAR KOMPETENSI : (Al Quran) Memahami Ayat-ayat Al Quran tentang Perintah Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup.
KODE KOMPETENSI : 19
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
19.1 Membaca QS Ar Rum: 41- 42, QS Al-A’raf: 56-58, dan QS Ash Shad: 27
• Mampu membaca Al-Quran surat Ar-Rum;41-42, Al-A’raf;56-58, As-Shad; 27 dengan baik dan benar
• Mampu mengidentifikasi tajwid Al-Quran surat Ar-Rum;41-42, Al-A’raf;56-58, As-Shad; 27 dengan benar.
• Q.S. Ar-Rum; 41-42
• Q.S. Al-A’raf;56-58
• Q.S. As-Shad; 27 • Membaca Al-Quran surat Ar-Rum;41-42, Al-A’raf;56-58, As-Shad; 27
• Mengidentifikasi tajwid Al-Quran surat Ar-Rum;41-42, Al-A’raf;56-58, As-Shad; 27
• Tugas individu
• Pengamatan
3 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.
19.2 Menjelaskan arti QS Ar Rum: 41- 42, QS Al-A’raf: 56-58, dan QS Ash Shad: 27
• Mampu mengartikan setiap kata yang terdapat dalam Al-Quran surat Ar-Rum;41-42, Al-A’raf;56-58, As-Shad; 27
• Mampu mengartikan ayat Al-Quran surat Ar-Rum;41-42, Al-A’raf;56-58, As-Shad; 27
• Mampu menterjemahkan Al-Quran surat Ar-Rum;41-42, Al-A’raf;56-58, As-Shad; 27
• • QS Ar-Rum; 41-42
• QS Al-A’raf;56-58
• QS As-Shad; 27 • Mengartikan setiap kata yang terdapat dalam Al-Quran surat Ar-Rum;41-42, Al-A’raf;56-58, As-Shad; 27
• Mengartikan ayat Al-Quran surat Ar-Rum;41-42, Al-A’raf;56-58, As-Shad; 27
• Mendiskusikan terjemah Al-Quran surat Ar-Rum;41-42, Al-A’raf;56-58, As-Shad; 27
• • Tugas individu
• Tes Tertulis
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.
19.3 Membiasakan perilaku menjaga kelestarian lingkungan hidup seperti terkandung dalam QS Ar Rum: 41- 42, QS Al-A’raf: 56-58, dan QS Ash Shad: 27
• Mampu mengidentifikasi perilaku menjaga keslestarian lingkuingan hidup
• Mampu mempraktikkan perilaku yang menunjukkan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
• Mampu menunjukkan perilaku yang menunjukkan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
• QS Ar-Rum; 41-42
• Al-A’raf;56-58
• As-Shad; 27 • Mengidentifikasi perilaku menjaga keslestarian lingkuingan hidup
• Mempraktikkan perilaku yang menunjukkan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
• Menunjukkan perilaku yang menunjukkan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
• Tugas individu
• Pengamatan
1 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.


NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XI/1
STANDAR KOMPETENSI : (Aqidah) Meningkatkan Keimanan kepada Kitab-kitab Allah.
KODE KOMPETENSI : 20
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
20.1 Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Kitab-kitab Allah
• Menjelaskan pengertian iman kepada kitab-kitab Allah
• Menjelaskan fungsi iman kepada Kitab-kitab Allah.
• Menunjukkan perilaku iman kepada kitab-kitab Allah.
• Iman kepada kitab-kitab Allah
• Mendiskusikan pengertian iman kepada kitab-kitab Allah
• Mendiskusikan fungsi iman kepada Kitab-kitab Allah.
• Memberikan contoh perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Kitab-kitab Allah. • Tugas individu
• Pengamatan
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.
20.2 Menerapkan hikmah beriman kepada Kitab-kitab Allah
• Mampu menjelaskan hikmah beriman kepada Kitab-kitab Allah
• Mampu menerapkan hikmah beriman kepada Kitab-kitab Allah • Hikmah beriman kepada Kitab-kitab Allah • Mendiskusikan hikmah beriman kepada Kitab-kitab Allah.
• Menerapkan hikmah beriman kepada Kitab-kitab Allah. • Tugas individu
• Tes Tertulis
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.



NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XI/1
STANDAR KOMPETENSI : (Akhlaq) Membiasakan Perilaku Terpuji.
KODE KOMPETENSI : 21
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
21.1 Menjelaskan pengertian dan maksud menghargai karya orang lain
• Mampu menjelaskan pengertian dan maksud menghargai karya orang lain.
• Mampu menghargai karya orang lain. • Menghargai karya orang lain. • Mendiskusikan pengertian dan maksud menghargai karya orang lain dalam diskusi kelompok.
• Mempresentasikan hasil diskusi kelompok tentang pengertian dan maksud menghargai karya orang lain
Tugas individu
Tes Tertulis

2 Al-Quran dan terjemah.
Buku PAI kelas XI.
Buku-buku
yang relevan.
21.2 Menampilkan contoh perilaku menghargai karya orang lain
• Mampu menampilkan beberapa contoh perilaku yang menghargai karya orang lain.
• Mampu menunjukkan contoh perilaku menghargai karya orang lain. • Contoh Perilaku yang menghargai karya orang lain • Mempraktikkan contoh perilaku yang menghargai karya orang lain.
• Menunjukkan contoh perilaku menghargai karya orang lain.
• Tugas individu
• Pengamatan
1 • Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.
21.3 Membiasakan perilaku menghargai karya orang lain dalam kehidupan sehari-hari
• Mampu menunjukkan perilaku menghargai karya orang lain.
• Mampu membiasakan perilaku menghargai karya orang lain
• Pembiasaan Perilaku yang menghargai karya orang lain • Menunjukkan perilaku menghargai karya orang lain.
• Membiasakan perilaku menghargai karya orang lain dalam pembelajaran.
• Tugas individu
• Pengamatan
1 • Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.



NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XI/1
STANDAR KOMPETENSI : (Akhlaq) Menghindari Perilaku Tercela
KODE KOMPETENSI : 22
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
22. 1 Menjelaskan pengertian dosa besar • Mampu menjelaskan pengertian dosa..
• Mampu menjelaskan pengertian dosa besar • Dosa besar
- Pengertian Dosa besar • Mendiskusikan pengertian dosa.
• Mendiskusikan pengertian dosa besar • Tugas individi
• Tes Tertulis
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.
22. 2 Menyebutkan contoh perbuatan dosa besar
• Mampu menyebutkan beberapa contoh perbuatan dosa besar.
• Mampu menyebutkan ciri-ciri perbuatan yang termasuk dosa besar. • Dosa besar
- Contoh-contoh perbuatan dosa besar • Mendiskusikan contoh-contoh perbuatan dosa besar.
• Mendiskusikan ciri-ciri perbuatan yang termasuk dosa besar. • Tugas individu
• Tes Tertulis
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.
22. 3 Menghindari perbuatan dosa besar dalam kehidupan sehari-hari
• Mampu menjelaskan cara-cara menghindari perbuatan dosa besar.
• Mampu menghindarkan diri dari perbuatan dosa besar dalam kehidupan sehari-sehari. • Dosa besar
- Cara Menghindarkan diri dari perbuatan dosa besar. • Mendiskusikan cara-cara menghindarkan diri dari perbuatan dosa besar.
• Mempraktikkan cara-cara menghindari perbuatan dosa besar.
• Tugas individu
• Tes Tertulis
• Pengamatan
2 • Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.




NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Salatiga
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XI/2
STANDAR KOMPETENSI : (Fiqih) Memahami Ketentuan Hukum Islam tentang Pengurusan Jenazah.
KODE KOMPETENSI : 23
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
23.1. Menjelaskan tatacara pengurusan jenazah
• Mampu menjelaskan tata cara memandikan jenazah
• Mampu menjelaskan tata cara mengkafani jenazah
• Mampu menjelaskan tata cara menshalatkan jenazah
• Mampu menjelaskan tata cara menguburkan jenazah
Tatacara Pengurusan Jenazah:
• Memandikan
• Mengkafani
• Menshalatkan
• Menguburkan • Mendiskusikan tata cara memandikan jenazah.
• Mendiskusikan tata cara nmengkafani jenazah.
• Mendiskusikan tata cara menshalatkan jenazah.
• Mendiskusikan tata cara menguburkan jenazah.
• Tugas individu
• Tes Tertulis
2 Al-Quran dan terjemah.
Buku PAI kelas XI.
Buku-buku yang relevan.
23.2 Memperagakan tatacara pengurusan jenazah
• Mampu memperagakan tata cara memandikan jenazah
• Mampu memperagakan tata cara mengkafani jenazah
• Mampu memperagakan tata cara menshalatkan jenazah
• Mampu memperagakan tata cara menguburkan jenazah
Praktik tata cara pengurusan jenazah:
• Memandikan
• Mengkafani
• Menshalatkan
• Menguburkan • Mempraktikkan tata cara memandikan jenazah.
• Mempraktikkan tata cara mengkafani jenazah.
• Mempraktikkan tata cara menshalatkan jenazah.
• Mempraktikkan tata cara menguburkan jenazah.
• Unjuk kerja
• Pengamatan

2 (4) • Buku-buku yang relevan.
• Boneka, kain kafan, keranda, alat-alat mandi, liang lahat.







NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XI/2
STANDAR KOMPETENSI : (Fiqih) Memahami Khutbah, Tablgh dan Dakwah.
KODE KOMPETENSI : 24
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
24.1 Menjelaskan pengertian khutbah, tabligh, dan dakwah • Mampu menjelaskan pengertian khutbah.
• Mampu menjelaskan pengertian tabligh
• Mampu menjelaskan pengertian dakwah. Pengertian :
• Khutbah
• Tabligh
• Dakwah • Mendiskusikan pengertian khutbah.
• Mendiskusikan pengertian tabligh
• Mendiskusikan pengertian dakwah. • Tugas individu
• Tes Tertulis
2 Buku PAI kelas XI.
Buku-buku yang relevan.
Internet.
24.2 Menjelaskan tatacara khutbah, tabligh, dan dakwah
• Mampu menjelaskan tata cara khutbah yang baik
• Mampu menjelaskan tatacara tabligh yang baik
• Mampu menjelaskan tatacara dakwah Tatacara :
• Khutbah
• Tabligh
• Dakwah • Mendiskusikan tatacara khutbah
• Mendiskusikan tata cara tabligh.
• Mendiskusikan tata cara dakwah. • Tugas individu Tes Tertulis
2
Buku PAI kelas XI.
Buku-buku
yang relevan.
Internet.
24.3 Memperagakan khutbah, tabligh, dan dakwah
• Mampu menyusun teks khutbah jumat dan dakwah.
• Mampu memperagakan khutbah
• Mampu memperagakan tabligh.
• Mampu memperagakan dakwah Peragaan :
• Khutbah
• Tabligh
• Dakwah • Menyusun teks khutbah dan dakwah.
• Memperagakan khutbah.
• Memperagakan tabligh.
• Memperagakan dakwah. • Tugas individu
• Pengamatan
• Laporan makalah

2
Buku PAI Kelas XI
-Mimbar
-buku-buku yang relevan


NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XI/2
STANDAR KOMPETENSI : (Tarikh dan Peradaban Islam) Memahami Perkembangan Islam pada Masa Modern.
KODE KOMPETENSI : 25
ALOKASI WAKTU : 2 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
25.1 Menjelaskan perkembangan Islam pada masa modern
• Mampu menjelaskan perkembangan Islam di bidang ilmu pengetahuan dan peradaban pada masa modern.
• Mampu menjelaskan manfaat dari sejarah perkembangan Islam pada masa modern. • Perkembangan Islam pada masa Modern. • Mendiskusikan perkembangan Islam di bidang ilmu pengetahuan dan peradaban pada masa modern .
• Diskusi dan tanya jawab tentang manfaat dari perkembangan Islam pada masa modern. • Tugas individu
• Tes Tertulis
1 • Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.
• Internet
25.2 Menunjukkan contoh peristiwa perkembangan Islam masa modern
• Mampu menyebutkan beberapa contoh peristiwa perkembangan Islam pada masa modern.
• Mampu menjelaskan manfaat dari contoh peristiwa perkembangan Islam pada masa modern.
• Contoh-contoh peristiwa perkembangan Islam pada masa modern • Mengidentifikasi peristiwa perkembangan Islam pada masa modern.
• Mendiskusikan contoh-contoh peristiwa perkembangan Islam pada masa modern. • Tugas individu
• Internet
• Tes Tertulis
1 • Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.
• Internet.









NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XI/2
STANDAR KOMPETENSI : (Al Quran) Memahami Ayat-ayat Al Quran tentang Anjuran Bertoleransi.
KODE KOMPETENSI : 26
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
26.1 Membaca QS Al-Kafiruun, QS Yunus: 40-41, dan QS Al-Kahfi: 29
• Mampu membaca QS Al kafirun, QS Yunus : 40-41 dan QS Al Kahfi : 29 dengan baik dan benar
• Mampu mengidentifikasi tajwid Q.S. Al kafirun, QS Yunus, 40-41, dan QS Al Kahfi : 29 dengan benar
• QS Al-Kafirun
• QS Yunus; 40-41
• QS Al-Kahfi; 29 • Membaca QS Al Kafirun, QS Yunus : 40-41 dan QS Al Kahfi : 29.
• Mengidentifikasi tajwid Q.S. Al Kafirun, QS Yunus, 40-41, dan QS Al Kahfi : 29. • Tugas individu
• Pengamatan
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.
26.2 Menjelaskan arti QS Al-Kafiruun, QS Yunus: 40-41, dan QS Al-Kahfi: 29
• Mampu mengartikan masing-masing kata yang terdapat dalam QS Al Kafirun, QS Yunus : 40-41 dan QS Al Kahfi : 29.
• Mampu mengartikan ayat QS Al Kafirun, QS Yunus, 40-41, dan QS Al Kahfi : 29.
• Mampu menterjemahkan QS Al Kafirun, QS Yunus : 40-41 dan QS Al Kahfi : 29.
• QS Al-Kafirun
• QS Yunus; 40-41
• QS Al-Kahfi; 29 • Mengartikan masing-masing kata yang terdapat dalam QS Al Kafirun, QS Yunus : 40-41 dan QS Al Kahfi : 29.
• Mengartikan ayat QS Al kafirun, QS Yunus, 40-41, dan QS Al Kahfi : 29.
• Mendiskusikan terjemah QS Al Kafirun, QS Yunus : 40-41 dan QS Al Kahfi : 29. • Tugas individu
• Tes Tertulis 2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XI.
• Buku-buku yang relevan.
26.3 Membiasakan perilaku bertoleransi seperti terkandung dalam QS Al-Kafiruun, QS Yunus: 40-41, dan QS Al-Kahfi: 29
• Mampu mengidentifikasi perilaku bertoleransi sesuai dengan QS Al Kafirun, QS Yunus : 40-41 dan QS Al Kahfi : 29.
• Mampu mempraktikkan perilaku bertoleransi sesuai dengan QS Al Kafirun, QS Yunus : 40-41 dan QS Al Kahfi : 29.
• Mampu menunjukkan perilaku bertoleransi sesuai dengan QS Al Kafirun, QS Yunus : 40-41 dan QS Al Kahfi : 29.

• QS. Al-Kafirun
• QS. Yunus; 40-41
• QS. Al Kahfi : 29 • Mengidentifikasi perilaku bertoleransi sesuai dengan QS Al kafirun, QS Yunus : 40-41 dan QS Al Kahfi : 29.
• Mempraktikkan perilaku bertoleransi sesuai dengan QS Al Kafirun, QS Yunus : 40-41 dan QS Al Kahfi : 29.
• Menunjukkan perilaku bertoleransi sesuai dengan QS Al Kafirun, QS Yunus : 40-41 dan QS Al Kahfi : 29.

• Tugas Individu
• Internet
• Tes Tertulis
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XII.
• Buku-buku yang relevan.



NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XI/2
STANDAR KOMPETENSI : (Al Quran) Memahami Ayat-ayat Al Quran tentang Etos Kerja.
KODE KOMPETENSI : 27
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
27.1 Membaca QS Al-Mujadalah: 11 dan QS Al-Jumuah: 9-10
• Mampu membaca QS Al Mujadalah: 11 dan QS Al Jumuah : 9-10 dengan baik dan benar
• Mampu mengidentifikasi tajwid QS Al Mujadalah: 11 dan QS Al Jumuah : 9-10.
• Q.S. Al-Mujadalah : 11
• Q.S. Al-Jumuah : 9-10 • Membaca QS Al Mujadalah: 11 dan QS Al Jumuah : 9-10.
• Mengidentifikasi tajwid QS Al Mujadalah: 11 dan QS Al Jumuah : 9-10.
• Tugas individu
• Pengamatan
3 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XII.
• Buku-buku yang relevan.
27.2 Menjelaskan arti QS Al-Mujadalah: 11 dan QS Al-Jumuah: 9-10
• Mampu mengartikan masing-masing kata yang terdapat dalam QS Al Mujadalah: 11 dan QS Al Jumuah : 9-10.
• Mampu mengartikan ayat QS Al Mujadalah: 11 dan QS Al Jumuah : 9-10.
• Mampu menterjemahkan QS Al Mujadalah :11 dan QS Al Jumuah : 9-10
• Q.S. Al-Mujadalah : 11
• Q.S. Al-Jumuah : 9-10 • Mengartikan masing-masing kata yang terdapat dalam QS Al Mujadalah: 11 dan QS Al Jumuah : 9-10.
• Mengartikan ayat QS Al Mujadalah: 11 dan QS Al Jumuah : 9-10.
• Mendiskusikan terjemah QS Al Mujadalah :11 dan QS Al Jumuah : 9-10
• Tugas individu
• Internet
• Tes Tertulis
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XII.
• Buku-buku yang relevan
27.3 Membiasakan beretos kerja seperti terkandung dalam QS Al-Mujadalah: 11, dan QS Al-Jumuah: 9-10
• Mampu mengidentifikasi perilaku etos kerja sesuai dengan QS Al Mujadalah: 11 dan QS Al Jumuah : 9-10.
• Mampu mempraktikkan perilaku etos kerja seperti yang terkandung dalam QS Al Mujadalah: 11 dan QS Al Jumuah : 9-10.
• Mampu menunjukkan perilaku etos kerja sesuai dengan QS Al Mujadalah :11 dan QS Al Jumuah : 9-10
• QS Al-Mujadalah : 11
• QS. Al-Jumuah : 9-10 • Mengidentifikasi perilaku etos kerja sesuai dengan QS Al Mujadalah: 11 dan QS Al Jumuah : 9-10.
• Mempraktikkan perilaku etos kerja seperti yang terkandung dalam QS Al Mujadalah: 11 dan QS Al Jumuah : 9-10.
• Menunjukkan perilaku etos kerja sesuai dengan QS Al Mujadalah :11 dan QS Al Jumuah : 9-10
• Tugas individu
• Pengamatan
1 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XII.
• Buku-buku yang relevan.



NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XI/2
STANDAR KOMPETENSI : (Aqidah) Meningkatkan Keimanan kepada Hari Akhir.
KODE KOMPETENSI : 28
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
28.1. Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Hari Akhir
• Mampu menjelaskan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Hari Akhir.
• Mampu menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Hari Akhir.
• Memperbanyak beribadah dan bertaubat dalam kehidupan sehari-hari
• Iman kepada Hari Akhir. • Mengidentifikasi perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Hari Akhir.
• Mempraktikkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Hari Akhir.
• Menerapkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Hari Akhir.
• Tugas individu
• Pengamatan
2 Buku PAI kelas XII.
Buku-buku yang relevan.
28.2. Menerapkan hikmah beriman kepada Hari Akhir
• Menjelaskan hikmah beriman kepada Hari Akhir.
• Mendeskripsikan hikmah beriman kepada hari akhir
• Menerapkan hikmah beriman kepada Hari Akhir.
• Hikmah beriman kepada hari akhir • Mengidentifikasi hikmah yang terkandung dalam beriman kepada Hari Akhir.
• Mendiskusikan hikmah beriman kepada hari akhir.
• Mempresentasikan hasil diskusi tentang hikmah beriman kepada Hari Akhir.
• Menunjukkan hikmah beriman kepada Hari Akhir.
• Internet
• Tes Tertulis
2 • Al-Quran
• Buku PAI kelas XII.
• Buku-buku
• yang relevan.




NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XI/2
STANDAR KOMPETENSI : (Akhlaq) Membiasakan Perilaku Terpuji.
KODE KOMPETENSI : 29
ALOKASI WAKTU : 4 x 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
29.1 Menjelaskan pengertian adil, ridha, dan amal shaleh
• Mampu menjelaskan pengertian adil
• Mampu menjelaskan pengertian ridha
• Mampu menjelaskan pengertian amal saleh.
Adil, Ridha dan Amal saleh :
• Pengertian Adil
• Pengertian Ridha
• Pengertian Amal saleh • Mendiskusikan pengertian adil.
• Mendiskusikan pengertian ridha.
• Mendiskusikan pengertian amal shaleh. • Tugas individu
• Internet
• Tes Tertulis
2 • Buku PAI kelas XII.
• Buku-buku yang relevan.
• Internet.
29.2. Menampilkan contoh perilaku adil, ridha, dan amal shaleh
• Menampilkan contoh perilaku adil.
• Menampilkan contoh perilaku ridha.
• Menampilkan contoh perilaku amal saleh.
Adil, Ridha dan Amal saleh :
• Contoh perilaku adil
• Contoh perilaku ridha
• Contoh perilaku amal saleh.
• Mempraktikkan contoh perilaku adil.
• Mempraktikkan contoh perilaku ridha.
• Mempraktikkan contoh perilaku amal shaleh. • Tugas individu
• Pengamatan
2 • Buku PAI kelas XII.
• Buku-buku yang relevan.
29.3 Membiasakan perilaku adil, ridha, dan amal shaleh dalam kehidupan sehari-hari
• Menunjukkan perilaku adil.
• Menunjukkan perilaku ridha.
• Menunjukkan perilaku amal shaleh.
Adil, Ridha dan Amal saleh :
• Pembiasaan perilaku adil
• Pembiasaan perilaku ridha
• Pembiasaan perilaku amal shaleh.
• Berlatih berperilaku adil.
• Berlatih berperilaku ridha.
• Berlatih berperilaku amal shaleh.
• Sikap individu
• Pengamatan
1 • Buku PAI kelas XII.
• Buku-buku yang relevan.


NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XI/2
STANDAR KOMPETENSI : (Fiqih) Memahami Hukum Islam tentang Hukum Keluarga
KODE KOMPETENSI : 30
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
30.1. Menjelaskan ketentuan hukum perkawinan dalam Islam
• Menjelaskan ketentuan hukum Islam tentang nikah
• Menjelaskan hukum Islam tentang talak
• Menjelaskan hukum Islam tentang ruju’.
Ketentuan hukum pernikahan dalam Islam
• Rukun nikah
• Muhrim
• Kewajiban suami istri.
• Talak
• Ruju’ • Mendiskusikan ketentuan hukum Islam tentang nikah.
• Mendiskusikan ketentuan hukum Islam tentang talak.
• Mendiskusikan ketentuan hukum Islam tentang ruju’.
• Tugas individu
• Internet
• Tes Tertulis
2 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XII.
• Buku-buku yang relevan.
• Buku UU No 1/1974.
30.2. Menjelaskan hikmah perkawinan
• Menjelaskan hikmah nikah
• Menjelaskan hikmah talak
• Menjelaskan hikmah ruju’. • Hikmah perkawinan • Mendiskusikan tentang hikmah pernikahan dalam Islam.
• Mendiskusikan tentang hikmah talak.
• Mendiskusikan tentang hikmah ruju’. • Tugas individu
• Internet
• Tes Tertulis
2 • Buku PAI kelas XII.
• Buku-buku yang relevan.
• Buku UU No 1/1974.
• Internet.
30.3. Menjelaskan ketentuan perkawinan menurut perundang-undangan di Indonesia
• Menjelaskan ketentuan perkawinan menurut perundang-undangan tentang perkawinan di Indonesia.
• Menguraikan kompilasi hukum tentang perkawinan di Indonesia.
• Ketentuan perkawinan menurut perundang-undangan di Indonesia. • Mencari literatur tentang perundang-undang perkawinan di Indonesia.
• Mendiskusikan tentang ketentuan perkawinan menurut perundang-undangan di Indonesia.
• Menjelaskan ketentuan perkawinan menurut perundang-undangan tentang perkawinan di Indonesia. • Tugas individu
• Internet
• Tes Tertulis
2 • Buku PAI kelas XII.
• Buku-buku yang relevan.
• Buku UU No 1/1974.
• Internet.


NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XII/1
STANDAR KOMPETENSI : (Tarikh dan Peradaban Islam) Memahami Perkembangan Islam di Indonesia.
KODE KOMPETENSI : 31
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
31.1 Menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia
• Mampu menjelaskan masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia
• Mampu menguraikan manfaat yang dapat diambil dari sejarah perkembangan Islam di Indonesia.
• Perkembangan Islam di Indonesia. • Mencari literatur tentang perkembangan Islam diIndonesia.
• Mendiskusikan perkembangan Islam di Indonesia.
• Menunjukkan manfaat sejarah perkembangan Islam di Indonesia.
Tugas individu
Internet

Tes Tertulis
2 Buku PAI kelas XII
Buku-buku yang relevan.
Internet.
31.2 Menampilkan contoh perkembangan Islam di Indonesia
• Mampu menentukan ciri-ciri perkembangan Islam di Indonesia
• Mampu menunjukkan contoh-contoh perkembangan Islam di Indonesia • Contoh perkembangan Islam di Indonesia • Mengidentifikasi contoh-contoh perkembangan Islam di Indonesia.
• Mendiskusikan contoh perkembangan Islam di Indonesia. • Tugas individu
• Tugas kelompok
• Internet
• Tes Tertulis 2 • Buku PAI kelas XII
• Buku-buku yang relevan.
• Internet.
31.3 Mengambil hikmah dari perkembangan Islam di Indonesia
• Mampu mengidentifikasi hikmah perkembangan Islam di Indonesia.
• Mampu menjelaskan hikmah perkembangan Islam di Indonesia.
• Hikmah perkembangan Islam di Indonesia. • Mengidentifikasi perkembangan Islam di Indonesia
• Mendiskusikan hikmah perkembangan Islam di Indonesia.
• Mempresentasikan hasil diskusi tentang hikmah perkembangan Islam di Indonesia. • Tugas individu
• Tugas kelompok
• Internet
• Tes Tertulis 2 • Buku PAI kelas XII
• Buku-buku yang relevan.
• Internet.


NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XI1/1
STANDAR KOMPETENSI : (Al Quran) Memahami Ayat-ayat Al Quran tentang Pengembangan IPTEK.
KODE KOMPETENSI : 32
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
32.1 Membaca QS Yunus:101 dan QS Al-Baqarah: 164
• Mampu membaca QS Yunus; 101 dan QS Al-Baqarah; 164 dengan baik dan benar.
• Mampu mengidentifikasi tajwid QS Yunus; 101 dan QS Al-Baqarah; 164. • Al Quran Surat Yunus; 101
• Al Quran Surat Al-Baqarah: 164 • Membaca QS Yunus; 101 dan QS Al-Baqarah; 164
• Mengidentifikasi tajwid QS Yunus; 101 dan QS Al-Baqarah; 164. • Tugas individu
• Pengamatan 3 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XII
• Buku-buku yang relevan.
32.2 Menjelaskan arti QS Yunus: 101 dan QS Al-Baqarah: 164
• Mampu mengartikan masing-masing kata yang terdapat dalam QS Yunus; 101 dan QS Al-Baqarah; 164
• Mampu mengartikan ayat QS Yunus; 101 dan QS Al-Baqarah; 164.
• Mampu menterjemahkan Q.S. Yunus : 101 dan QS Al Baqarah : 164 • Al Quran surat Yunus; 101
• Al Quran Surat Al Baqarah: 164
• Mengartikan masing-masing kata yang terdapat dalam QS Yunus; 101 dan QS Al-Baqarah; 164
• Mengartikan ayat QS Yunus; 101 dan QS Al-Baqarah; 164.
• Mendiskusikan terjemah Q.S. Yunus : 101 dan QS Al Baqarah : 164 • Tugas individu
• Internet
• Tes Tertulis
2 •
• Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XII
• Buku-buku yang relevan.
32.3 Melakukan pengembangan iptek seperti terkandung dalam QS Yunus: 101 dan QS Al-Baqarah: 164
• Mampu menggali kandungan Al Quran tentang pengembangan IPTEK
• Menerapkan QS Yunus : 101 dan QS Al Baqarah : 164 tentang pengembangan IPTEK • Al Quran surat Yunus; 101
• Al Quran Surat Al Baqarah: 164
• Mendiskusikan Al Quran tentang pengembangan IPTEK
• Menerapkan QS Yunus : 101 dan QS Al Baqarah : 164 tentang pengembangan IPTEK • Internet
• Tugas individu
• Pengamatan
1 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XII
• Buku-buku yang relevan.


NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XII/1
STANDAR KOMPETENSI : (Aqidah) Meningkatkan Keimanan kepada Qadha dan Qadar.
KODE KOMPETENSI : 33
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
33.1 Menjelaskan tanda-tanda keimanan kepada qadha’ dan qadar
• Menjelaskan pengertian qadha dan qadar.
• Menjelaskan pengertian keimanan kepada qadha dan qadar.
• Menjelaskan tanda-tanda keimanan kepada qadha dan qadar.
• Iman kepada qadha dan qadar :
- Tanda-tanda keimanan kepada qadha dan qadar. • Mengidentifikasi tanda-tanda keimanan kepada qadha dan qadar.
• Mendiskusikan tanda-tanda keimanan kepada qadha dan qadar • Tugas individu
• Internet
• Tes Tertulis 2 • Buku PAI kelas XII
• Buku-buku yang relevan.
33.2 Menerapkan hikmah beriman kepada qadha’ dan qadar
• Menjelaskan hikmah beriman kepada qadha dan qadar.
• Menunjukkan perilaku ikhtiar dan tawakkal dalam kehidupan sehari-hari.

• Hikmah beriman kepada qadha dan qadar. • Mengidentifikasi hikmah beriman kepada qadha’ dan qadar.
• Mendiskusikan hikmah beriman kepada qadha dan qadar.
• Menerapkan perilaku hikmah beriman kepada qadha’ dan qadar. • Tugas individu
• Internet
• Tes Tertulis
• Pengamatan
2 • Buku PAI kelas XII
• Buku-buku yang relevan.









NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XII/2
STANDAR KOMPETENSI : (Akhlaq) Membiasakan Perilaku Terpuji.
KODE KOMPETENSI : 34
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
34.1 Menjelaskan pengertian dan maksud persatuan dan kerukunan
• Mampu menjelaskan pengertian dan maksud persatuan.
• Mampu menjelaskan pengertian dan maksud kerukunan. • Persatuan dan Kerukunan :
• Pengertian dan maksud persatuan.
• Pengertian dan maksud kerukunan • Mengkaji dan mendiskusikan tentang pengertian persatuan.
• Mengkaji dan mendiskusikan tentang pengertian kerukunan • Tugas individu
• Tes Tertulis 2 • Al-Quran dan terjemah
• Buku PAI kelas XII
• Buku-buku yang relevan.
34.2 Menampilkan contoh perilaku persatuan dan kerukunan
• Mampu menunjukkan contoh perilaku yang bermuatan persatuan.
• Mampu menunjukkan contoh perilaku bermuatan kerukunan • Contoh perilaku Persatuan
• Contoh perilaku Kerukunan
• • Menampilkan contoh perilaku persatuan.
• Menampilkan contoh perilaku kerukunan • Perilaku individu
• Pengamatan
2 • Buku PAI kelas XII
• Buku-buku yang relevan.
34.3 Membiasakan perilaku persatuan dan kerukunan dalam kehidupan sehari-hari
• Membiasakan perilaku persatuan dalam kehidupan sehari-hari.
• Menunjukkan perilalku rukun dalam pergaulan.
• Persatuan dan kerukunan dalam kehidupan sehari-hari. • Mempraktikkan perilaku persatuan dalam pembelajaran.
• Mempraktikkan perilaku kerukunan dalam pembelajaran. • Perilaku individu
• Pengamatan 2 • Buku PAI kelas XII
• Buku-buku yang relevan.



NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XII/2
STANDAR KOMPETENSI : (Akhlaq) Menghindari Perilaku Tercela.
KODE KOMPETENSI : 35
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR
MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
35.1. Menjelaskan pengertian isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnah
• Mampu menjelaskan pengertian isyrof
• Mampu menjelaskan pengertian tabzir
• Mampu menjelaskan pengertian ghibah.
• Mampu menjelaskan pengertian fitnah Perilaku tercela
Pengertian :
• Isyrof
• Tabzir
• Ghibah
• Fitnah • Merumusukan pengertian isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnah
• Mendiskusikan pengertian isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnah • Tugas individu
• Tes Tertulis 2 • Buku PAI kelas XII
• Buku-buku yang relevan.
• Internet.
35.2. Menjelaskan contoh perilaku isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnah
• Mampu menjelaskan contoh perilaku isyrof
• Mampu menjelaskan contoh perilaku tabzir
• Mampu menjelaskan contoh perilaku ghibah
• Mampu menjelaskan contoh perilaku fitnah Contoh perilaku :
• Isyrof
• Tabzir
• Ghibah
• Fitnah • Mengidentifikasi contoh-contoh perilaku isyraf, tabzir, ghibah, dan fitnah
• Mendiskusikan contoh perilaku isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnah • Tugas individu
• Tes Tertulis 2 • Buku PAI kelas XII
• Buku-buku yang relevan.
35.3. Menghindari perilaku isyraf, tabzir, ghibah, dan fitnah dalam kehidupan sehari-hari
• Mampu menghindari perilaku isyraf.
• Mampu menghindari perilaku tabzir
• Mampu menghindari perilaku ghibah
• Mampu menghindari prilaku fitnah
• Mampu menunjukkan akibat dari isyraf, tabzir, ghibah dan fitnah Menghindari perilaku :
• Isyrof
• Tabzir
• Ghibah
• Fitnah • Mengkaji faktor-faktor buruk perilaku isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnah
• Mengkaji cara-cara menghindari perilaku isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnah
• Membiasakan menghindari perilaku isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnah • Sikap individu
• Pengamatan 2 • Buku PAI kelas XII
• Buku-buku yang relevan.


NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XII/2
STANDAR KOMPETENSI : (Fiqih) Memahami Hukum Islam tentang Waris.
KODE KOMPETENSI : 36
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
36.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris
• Mampu menjelaskan ketentuan hukum waris
• Mampu menjelaskan tentang ahli waris
• Mampu menjelaskan pembagian masing-masing ahli waris.
Ketentuan hukum Waris:
• Syarat-syarat pembagian warisan
• Ketentuan ahli waris
• Hal-hal yang membatalkan hak waris. • Mengkaji dan mendiskusikan tentang ketentuan hukum waris berdasarkan pada perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. • Tugas individu
• Tes Tertulis.
3 • Al-Quran dan terjemah.
• Buku PAI kelas XII
• Buku-buku yang relevan.
36.2 Menjelaskan contoh pelaksanaan hukum waris
• Menyebutkan contoh pelaksanaan hukum waris yang terdapat dalam undang-undang waris
• Memperagakan cara-cara menghitung pembagian warisan secara Islam Contoh pelaksanaan hukum waris
• Contoh perhitungan warisan • Mendiskusikan tentang contoh pelaksanaan hukum waris menurut undang-undang waris di Indonesia
• Mendiskusikan tentang contoh-contoh pelaksanaan waris menurut hukum adat
• Tugas individu
• Tes Tertulis
3 • Buku PAI kelas XII
• Buku-buku yang relevan.



NAMA SEKOLAH : SMK Sholihiyyah Kalitengah
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER : XII/2
STANDAR KOMPETENSI : (Tarikh dan Peradaban Islam) Memahami Perkembangan Islam di Dunia.
KODE KOMPETENSI : 37
ALOKASI WAKTU : 4x 45 menit

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
BELAJAR
TM PS PI
• Menjelaskan perkembangan Islam di dunia
• • Mampu menjelaskan perkembangan Islam di dunia
• Mampu mengidentifikasi manfaat yang dapat diambil dari sejarah perkembangan Islam di dunia. • Perkembangan Islam di dunia • Membaca literatur tentang perkembangan Islam di dunia
• Mendiskusikan perkembangan Islam di dunia • Tugas individu
• Tes Tertulis
2 • Buku PAI kelas XII
• Internet
• Buku-buku yang relevan.
• Internet
• Memberi contoh perkembangan Islam di dunia • Menyebutkan contoh perkembangan Islam di dunia
• Mampu memberikan contoh perkembangan Islam di dunia • Perkembangan Islam di dunia • Mengidentifikasi perkembangan Islam di dunia
• Mendiskusikan contoh perkembangan Islam di dunia. • Tugas individu
• Tes Tertulis
1 • Buku PAI kelas XII
• Internet
• Buku-buku yang relevan.


• Mengambil hikmah dari perkembangan Islam di dunia. • Mampu mengidentifikasi hikmah perkembangan Islam di dunia.
• Mampu menjelaskan hikmah perkembangan Islam di dunia. • Hikmah perkembangan Islam di dunia • Mengidentifikasi perkembangan Islam di dunia.
• Mendiskusikan hikmah perkembangan Islam di dunia.
• Mempresentasikan hasil diskusi tentang hikmah perkembangan Islam di dunia.
• • Tugas individu
• Tes Tertulis
1 • Buku PAI kelas XII
• Internet
• Buku-buku
• yang relevan.

Keterangan
TM : Tatap Muka
PS : Praktek di Sekolah (2 jam praktik di sekolah setara dengan 1 jam tatap muka)
PI : Praktek di Industri (4 jam praktik di DU/DI setara dengan 1 jam tatap muka)